Novel "Tulisan Sastra" karya Tenderlova  menceritakan tentang kehidupan Andhika Sastra Gautama atau yang dipanggil Sastra, mulai dari keluarga, impian sampai kisah asmara dengan Sahara kekasihnya Sastra, merupakan anak tengah dari keluarga Suyadi.
Sastra terlahir di keluarga sederhana. Dia anak keempat dari 7 bersaudara. Mama dan Bapaknya memang menganut istilah banyak anak banyak rejeki. Yang meski medapat banyak cibiran keras dari beberapa orang, tapi keluarga Suyadi tidak pernah menanggapinya.
Anak Mama yang sulung namanya Adhitama Abelvan, cukup dipanggil Bang Tama. Bang Tama tidak tinggal di rumah. Sebab Bang Tama sudah bekerja di perusahaan pengeboran minyak BUMN Balikpapan. Bang Tama jarang pulang, pulang saat dapat jatah cuti lebaran idul fitri. Akan tetapi sebagian gajinya selalu dikim ke rumah untuk keperluan rumah tangga dan sekolah adik-adiknya
Anak Mama yang kedua namanya Eros Bratadikara Nayaka biasa di panggil Kak Eros. Kak Eros ini memilik sifat yang galak, suka ngadu, suka nyuruh-nyuruh, bawel sama seperti Kak Ros dalam serial Upin-Ipin dengan versi gantengnya. Kak Ros juga sudah bekerja di salah satu Bank. Hobi Kak Ros yaitu suka makan yupi sama menonton serial India.
Anak Mama yang nomor tiga namanya Jovan Akhal Raksi dipanggil Mas Jovan. Menurut adik-adiknya Mas Jovan adalah penakhluk hati wanita-wanita ibu kota. Dengan mukanya yang ganteng-ganteng kalem, tapi playboynya minta ampun. Diantara tiga kakak tertua, Mas Jovan yang paling rajin gonta-ganti pacar. Mas Jovan sorang mahasiswa di universitas yang sama dengan Sastra dan anak Mama yang kelima.
Sastra sendirilah anak yang keempat. Bagi Sastra keluarga adalah hal yang terpenting dalam hidupnya, namun dia juga begitu mencintai musik dan Sahara, kekasihnya. Menggelar pertunjukan solo sebagai seorang pianis dan disaksikan kelurga juga Sahara adalah salah satu impian terbesarnya. Baginya, impian sama halnya dengan tangga nada. Sastra tidak begitu menyukai hujan karena menurutnya hujan selalu identik dengan kegalauan. Sastra kuliah mengambil jurusan Sastra indonesia yang sama dengan namanya.
Adik Sastra yang paling besar namanya Adinata Aileen Caesar dipanggil dengan Mas Nana. Kata Mama dulu Nana ini harusnya terlahir sebagai perempuan. Hasil USG pertama kali memperlihatkan janin perempuan hingga Mama membeli perlengkapan bayi warna merah muda semua akan tetapi saat persalinan Nanalah yang lahir lagi-lagi laki-laki. Nana memiliki wajah yang cantik juga pintar masak dan bersih-bersih bisa diandalkan saat Mama tidak ada di rumah.
Si nomor enam namanya Adelardo Cetta Early biasa dipanggil Cetta. Orangnya kelem, tidak banyak tingkah, pinter. Cettalah anak kesanyangan Mama, soalnya sepanjang sejarah pendidikannya selalu mendapatkan prestasi. Cetta masih menduduki bangku SMA satu sekolah sama si bungsu
Terakhir, si bungsu namanya Kin Dhanajaya. Â Jaya panggilannya nama yang paling singkat diantara anak Mama lainnya. Jaya sama seperti anak-anak bungsu lainya manja dan selalu banyak maunya. Menurut Kakak-Kakaknya Jaya minta ampun saat dinasehati apalagi kalau dimintai tolong. Jaya selalu marah saat mamanya selalu membeda-bedakan Jaya dengan Cetta karena kakaknya itu siswa berprestasi tapi tidak dengan dia.
Sebenarnya tidak akan pernah cukup untuk menceritakan isi keluarga Suyadi. Sebab keluarga itu terlalu menyenangkan untuk dikulik. Akan tetapi Bapak Sastra sudah meninggal saat Jaya masih kelas 3 SMP dikarenakan penyakit TBC yang sudah 2 tahun dideritanya. Bapak tidak hentinya-hentinya merokok meskipun  Mama melarangnya. Sampai suatu masa, rokok juga lah yang sudah membunuh Bapak.