Mohon tunggu...
Mutiara HasanaPutri
Mutiara HasanaPutri Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

International relations of Sriwijaya University

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejuta Duka Dipenghujung Lara

8 Oktober 2024   17:17 Diperbarui: 8 Oktober 2024   17:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1. (Menghilang)

           

 Aku lihat hujan sedang datang membasahi isi dunia, langit yang awalnya berwarna begitu indah kini sudah terlihat gelap. Aku selalu bertanya kenapa setiap rintik hujan yang jatuh selalu mengingatkan tentang perihal arti sebuah kepergian. Kepergian yang disengaja dibuat sehingga menimbulkan rasa yang begitu menyakitkan. Kita adalah dua insan yang kenal tanpa disengaja, pertemuan yang tak terduga menjadikan kisah dari segalanya.

Sudah lama rasanya aku tidak mendengar rangakaian notif percakapan dari notifku

Kamu menghilang tanpa rasa penyesalan sehingga sebuah kabar aku dapatkan

Aku mendapatkan berita duka bahwa kamu sudah kembali mengisi rumah lama

Aku tertampar realita bahwa kamu pergi dengan masa lalu yang telah memberikanmu goresan luka, tanpa memberikan kabar untuk aku sang penyembuh luka

Dari disini kisah ini dimulai antara aku dan kamu hingga menjadi sebuah luka dalam berbalut rasa. Kamu begitu banyak meninggalkan kenangan yang terukir antara kita antara dua hati yang pernah satu,antara dua jiwa yang menyatu

2. (Rindu)

Aku pernah terpuruk begitu mendalam

Dunia begitu kejam seolah-olah seperti bekejaran dengan waktu dan keadaan

Hingga akhirnya kamu datang mengajarkan apa arti waktu dan membawa baswara yang cantik dan kali ini kamu telah mematahkan serpihan hati yang menjadi luka.

Mengikhlaskan kepergian bukan suatu hal yang mudah

Aku selalu berperang antara logika dan rasa

Rasa yang tak kunjung selesai

Logika yang terus bergejolak

Setapak kerinduan terus memenuhi pikiran nan jauh ini

Kenangan yang terus hadir tanpa adanya panggilan, namun pada akhirnya sebuah relita menampar bahwa semuanya hanya sebatas luka dan kerinduan yang belum tersampaikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun