Mohon tunggu...
Mutiara Rozz
Mutiara Rozz Mohon Tunggu... -

tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milikNYA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mother In Law

17 Juni 2011   23:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:25 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketulusanmu telah buat putera tunggalku menjadi buta, tuli dan lumpuh. Nasehat kerabat dan sahabat pun tak di hiraukan. Kesungguhannya yang menganggapmu satu-satunya wanita yang tepat untuk mendampingi hidupnya telah buatku cuma berharap. Semoga kau adalah keberkahanNya yang tengah kami nanti.

Kebahagiaan puteraku adalah segalanya bagiku.Aku memang telah mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidiknya dengan taruhan nyawa dan segenap cinta seorang ibu. Itu adalah tugas dan kewajiban yang sudah menjadi kodratku. Tapi aku tidak berhak menentukan jodoh, rezeki dan matinya.

Aku percaya putraku tidak salah memilihmu menjadi pendampingnya. Aku yakin puteraku pria baik-baik yang di ciptakan untuk wanita baik-baik pula. Jika pun kau bukan wanita baik-baik, aku yakin kau adalah ladang amal shaleh puteraku.

Tidak kuhiraukan orang bergunjing bahwa ketampanan puteraku tak berbanding dengan kecantikanmu, maka telah ku katakan bahwa mungkin puteraku sebagai balasan amal kebaikan yang telah kau lakukan, atau itu mungkin hukuman atas keburukan yang mungkin dilakukan puteraku.
Allah Maha tahu apa-apa yang tersembunyi dari pengetahuanku.

Jika engkau seorang janda sedang puteraku perjaka, mungkin kau adalah "Khatidjah" bagi puteraku. Atau kau adalah "Fatimah" untuknya.
Sungguh aku tidak memperkarakan keduniaan seperti bibit dan bobot, karena Allah tidak memandang manusia dari rupawannya fisik dan banyaknya harta, tapi hati.
Tidak pula ku perdulikan masa lalumu, karena yang akan di jalani bersama puteraku adalah masa depan.

Aku tidak akan mempersulit urusan buah hatiku ketika dia tengah di mudahkanNya.
Bagaimana mungkin aku akan menghalangi puteraku untuk menyempurnakan setengah dari Ad-Dien nya?, sedang itu menjadi perintah Tuhannya dan sunnah panutan hidupnya ?

Jadilah engkau perhiasan bagi seorang yang aku mengasihinya dengan segenap jiwa ragaku selama sembilan bulan dan duapuluh sembilan tahun.

Dan aku merestui dengan keikhlasan demi sebuah kebahagiaan yang semoga menjadikan keridhaanNya.

*pict koleksi eyang google*
[caption id="attachment_114827" align="alignnone" width="150" caption="mawar"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun