Mohon tunggu...
Mutiara Rozz
Mutiara Rozz Mohon Tunggu... -

tak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milikNYA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dua Pilihan

21 Mei 2011   22:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bolak-baliknya amplop putih itu, di letakan kembali di atas meja di depan tempat duduknya, di pungut dan di tepuk-tepuk pada telapak kiri tangannya. Bingung dalam pilihan yang sulit untuk di tawar, antara iya dan tidak, namun keputusan harus di ambil saat itu juga. Medesah berat merasakan pahitnya dilema. Pekerjaan itu sangat berarti sebagai sumber satu-satunya tempat menyambut rizkiNya untuk menafkahi isteri dan anaknya, harus di tinggalkannya demi rasa cintanya pada isteri dan anaknya.

Ucapan lembut dan tegas isterinya bagai kekuatan yang mendorongnya membuat keputusan untuk keluar melepaskan kedudukannya sebagai seorang "pekerja" dalam sebuah perusahaan BUMN.
Kembali ragu memijar dalam pikirannya, membayang kehidupan esok tanpa kepastian, penuh tanya, bagaimana harus menafkahi keluarga?. Tergambar sebuah pemandangan dalam lalu lalang yang riuh di bawah terik matahari, dalam guyuran derasnya hujan, dalam pelukan malam dengan rasa haus dan lapar. Ah tidak!, aku tidak akan sanggup melihat isteri dan puteriku kekurangan begitu!. Batinnya beradu.

Terduduk lesu menatap sebuah map biru berisi lembaran yang menetukan karier dan hidupnya.
Dalam kebekuan, sesosok dirinya memandang sinis di hadapannya berceloteh memenuhi riang hati dan pikirnnya.

"Bangun brur!, lihatlah di luar sana, ada banyak kok yang berbuat curang..., toh kamu tidak sendirian di sini yang berbuat begitu!"
Jangan sok suci, kamu butuh untuk menghidupi anak iserimu! Kalau ada yang mudah kenapa cari yang susah?! Haram hanya ada di kitab-kitab suci! dosa hanya ada di tempat ibadah! Selama kamu bisa memainkan peranmu dengan baik, semua akan aman..! ini hidup bukan mimpi!"

"Kenapa bimbang lagi Yah...?!, tiba-tiba wajah teduh isterinya membaur dengan senyum. Kenyataan hidup hari ini adalah sebagian dari keputusan kita di hari lalu, dan keputusanmu hari ini sebagian akan jadi penentukehidupanmu esok.
Jika ayah tetap ingin bersama kami menjalani hari dengan ketenangan yang membahagiakan tinggalkanlah tempat yang menekanu untuk berbuat curang nan keji.
Yakinlah tuhan kita maha kaya.Semut kecilpun di kasih rezeki. Kenapa takut miskin tapi tak takut dosa! Bukankah saat kita di lahirkan kita tidak membawa apapun dan mati pun tak perlu membawa apapun kecuali amal shalehmu

Ayah, ingatlah...
Bukan aku dan anakmu tidak butuh itu.. kami butuh tapi bukan dari cara curang yang ayah dapat. Jika hukum dunia menyeretmu, bui adalah tempatmu yang nyaman.kamu enak hanya tidak bebas. Tapi aku dan anakmu?!
Anakmu akan di panggil anak koruptor, isterimu jadi punya nama isteri koruptor, cukup itu?! tidak! Anakmu kehilangan kasihmu.
Isterimu harus sendiri tanpamu layaknya kau tinggal mati.bahkan lebih dari itu! dimanapun isteri dan anakmu betada akan di caci keji.

Andai itu tidak terjadi, memang kita akan berlimpah harta, tapi bahagiakah aku?!
Tidak!
Istrimu tidak akan tenang karena selalu was-was. Tak lena tidur meski tempat tidur mewah karena selalu bermimpi buruk tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi suatu waktu.
Tak selera makan meski menu yang terhidang a la resto mahal. karen sesungguhnya itu bukan makananku!
Saat hang out mungkin banyak yang akan memuji penampilanku yang branded, tapi aku malu karena itu hasil curianmu.!

Tegakah ayah menyuapkan makan pada anak dengan makanan kotor hasil menipu orang?!
Sampai hatikah ayah mempermalukan isteri dengan memakaikan busana hasil curian?! dan..
Merampas ketenangan dan kedamaian kita yang membahagiakan anak dan isterimu

Ayah....
yakinlah.. bunda akan selalu ikhlas mendampingi meski tanpa limpahan materi..


****

Sebuah pesan singkat dari istrinya membuyarkan kebekuannya yang kembali membuatnya merasa begitu tenang..pesan singkat dengan penutup doa;

Ya Allah cukupkanlah kami dengan yang Engkau halalkan...
Jauhkanlah kami dari yang Engkau haramkan...
Membutnya bangkit dengan sebuah pilihan tanpa ada lagi keraguan untuk meninggalkan tempat itu. *pict koleksi eyang google* [caption id="attachment_109484" align="alignnone" width="150" caption="anak"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun