Mohon tunggu...
Mutiara AuliaNurrahma
Mutiara AuliaNurrahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Mahasiswa KPI Semester 5 UIN SGD Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pancasila Dalam Perspektif Islam

18 April 2023   10:18 Diperbarui: 18 April 2023   22:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Mutiara Aulia Nurrahma

Pendahuluan

Pancasila telah menjadi kesepakatan bangsa Indonesia dengan segala pertimbangan, baik secara geografis, kondisi demografi, serta kekakayaan budaya nusantara. Hal ini disebut sesuatu yang final "the greats oughts". Pancasila diyakini sebagai dasar yang mampu mempersatukan bangsa dari kayanya suku, ras, budaya yang dimilikinya sehingga pancasila diyakini bahwa nilai-nilai mampu mewujudkan nilai toleransi antar umar beragama. Tanpa pemersatu maka tidak ada kekuatan bangsa sebagaimana pendapat polisi Amerika Serikat  Jhon Gardner bahwa "tidak ada bangsa yang mencapai kebesaran ataupun keagungan jika tidak memiliki sesuatu yang dipercaya dan yang dipercayainya itu memiliki dimensi moral untuk mempertahankan peradaban warga negaranya.

Pembahasan

Islam adalah sebuah agama sementara pancasila adalah filsafat hidup dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu oleh negara pancasila, islam dapat hidup dan berkembang bahkan sangat diperlukan. Demikian pula konsep pancasila akan menjadi semakin jelas ketika masyarakatnya menjalankan agamanya masing-masing.

Pada sila pertama berbunyi "ketuhaman yang maha esa" Hal ini menandakan adanya kesesuaian antara ajaran islam dengan sila pertama ini. Pada sila kedua "kemanusiaan yang adil dan beradab", sejalan dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur'an Qs: Ar-rahman ayat. 8 yang artinya "tegakkanlah timbangan dengan keadilan dan jangan sekali kali kamu berlaku curang dalam timbangan". Pada sila yang ketiga "Persatuan Indonesia" berkaitan erat dengan firman Allah Swt, "berpegang tegulah kamu dengan agama Allah dan janganlah kamu berpecah belah (Qs Ali imran: 103), begitu pula dengan dua sila berikutnya yang masing-masing bisa diidentifikasikan dalam Al-Qur'an dalam surat An-nahl ayat 125 dan hadist nabi Muhammad Saw tang shohih.

PENERAPAN PANCASILA  DALAM KERANGKA NILAI-NILAI ISLAM

Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa alasan pancasila diberlakukan sebagai ideologi bangsa adalah demi persatuan semua pihak, persatuan seluruh Indonesia. Dengan tidak melupakan kaum islamis dimasa itu, pancasila memiliki esensi penting mengenai keagamaan. Namun hal yang penting juga diketahui oleh umat islam menurut munawir syadzali, bahwa dipilihnya pancasila dan bukan islam sebagai ideologi negara tidak semata-mata dimaksudkan demi memelihaea kedamaian dan kerukunan, melainkan juga karena Al-qur'an dan hadist tidak secara eksplisit mewajibkan orang islam mendirikan negara islam.

Berikut penjelasan mengenai kesamaan antara pancasila dengan nilai-nilai islam yang terkandung dalam Al-Qur'an:

-Sila pertama "Ketuhanan yang maha esa" ketauhidan dan hablum minallah

Ketuhanan yang maha esa merupakan sendi tauhid dalam agama islam. Sudah menjadi fitrah manusia sscara naluriah memiliki potensi bertuhan dalam bentuk pikir dan zikir dalam rangka mengemban misi sebagai khalifah fil ardhi, serta keyakinan yang kadang tidak sanggup untuk dikatakan, yaitu kekuatan yang maha segala, sebuah kekuatan diatas kebendaan fana.

-Sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab" hablum minannas

Sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” mencerminkan hubungan antara manusia dengan sesamanya (Hablum Min An-Nâs). Apabila dalam hablum min Allah kedudukan manusia sebagai hamba, maka dalam hablum min an-nâs hubungan manusia dengan sesama manusia, dan berada dalam posisi khalifah fil-ardhi. Dalam isi sila ini berkaitan dengan syari’ah, yaitu termasuk ke dalam ibadah sosial, yang mencakup bidang kemasyarakatan (as-siyasah), yang dalam Islam didasarkan pada sikap saling menghormati. Dalam Al-Qur’an surat AlBaqarah: 177, Allah menjelaskan dengan rinci hakikat berbuat kebaikan, yang dimulai dari ibadah ritual hingga ibadah sosial. “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab- kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orangorang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Selain itu, dalam Al-Qur’an pun Allah tidak melarang umatnya berbuat baik terhadap orang yang berbeda agama, ini menandakan sikap saling menghormati harus kepada semua kalangan, sesuai degan prinsip rahmatan lil ‘alamin.

-Sila ketiga "Persatuan Indonesia" Ukhuwah

 Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” mencerminkan ide ukhuwah insaniyah (persaudaraan manusia)

14 dan ukhuwah Islamiyah bagi sesama umat Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 103 yang artinya: “Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran: 103). satuan akan terwujud apabila telah terjadi sikap toleransi yang tinggi antar sesama, sikap saling menghargai dan menghormati. Selain itu, dalam persatuan harus ditarik sifat persamaannya, bukan perbedaan yang hanya akan menimbulkan perselisihan dan pertentangan. Persatuan yang perlu digarisbawahi yaitu sama halnya dengan pluralitas. Dalam hal ini pluralitas berdasarkan apa yang dituntut oleh kemaslahatan rakyat, agar tercapai kesatuan dalam tujuan dan sasaran. Tujuan penting tersebut ialah agar umat seluruhnya berdiri dalam satu barisan di hadapan musuh-musuh.

-Sila keempat "Kemanusiaan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan"

Dalam sila keempat ini sejalan dengan prinsip Islam yaitu Mudzakarah dan Syura. Prinsip syura merupakan dasar dari sistem kenegaraan Islam (karakteristik negara Islam). Uniknya, prinsip syura ada di dalam Pancasila. Ini membuktikan bahwa perumusan Pancasila di ambil dalam bentuk musyawarah bersama berbagai kalangan untuk mencapai kesepakatan. Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159 :“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”

-Sila kelima "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"

sejalan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Lebih spesifikasi lagi, bahwa keadilan yang dimaksud yaitu dalam pemerataan rizki, berupa zakat, infak dan shadaqah. Keadilan sosial berkaitan erat dengan maqashid al-syari’ah (sasaran-sasaran syari’at). Sedangkan maqashid al-syari’ah terdiri dari tiga aspek, yaitu:

a. Dharuriyat, mengenai perlindungan terhadap hal-hal yang bersifat esensial bagi kehidupan manusia, seperti agama/ad-dien, jiwa/nafs, keturunan/nasb, akal/‘aql, dan harta benda/mal.

b. Hajiyat, yaitu pemenuhan hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia, tetapi bobotnya di bawah kadar dharuriyat.

c. Tahsiniyat, yaitu perwujudan hal yang yang menjamin peningkatan kondisi individu dan masyarakat sesuai dengan tuntutan tempat dan waktu, tuntutan selera, dan rasa kepatutan untuk mengelola persoalan- persoalan masyarakat dengan sebaik- baiknya. Dalam prinsip kes

eimbangan kehidupan ekonomi, AlQur’an mencela orang yang sibuk memupuk harta hingga melupakan kematian. Seperti dalam surat Al-Humazah ayat 1-4 yang artinya:“Celakalah bagi Setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung- hitungnya,22 dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah (neraka).”

7fe51fbbc08d1d3bce24d3cb43924890-643eb18e08a8b53c8f1a38f4.jpg
7fe51fbbc08d1d3bce24d3cb43924890-643eb18e08a8b53c8f1a38f4.jpg
Penutup dan Kesimpulan

 Secara umum bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, yaitu sebuah nilai-nilai universal yang luhur. Semangat dari nilai-nilai Pancasila tersebut sangat sesuai dengan nilainilai Islam. Bahkan apa yang diusung oleh Pancasila secara keseluruhan menjadi visi Islam dalam risalahnya. Hanya saja keduanya secara eksistensial memiliki hak otonomi tersendiri. Artinya bahwa Islam adalah agama dan Pancasila adalah ideologi. Pancasila tidak akan menjadi agama dan agama tidak akan menjadi ideologi. Tetapi secara substansial, Islam dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dalam artian nilai-nilai yang dikandungnya. Hal ini sekaligus memberikan pemahaman bahwa perumusan ide Pancasila sejatinya diilhami oleh konsep dan nilai-nilaikeislaman. Penegasan ini berdasarkan pemikiran bahwa yang dimaksud adalah nilainilai Pancasila bersesuaian dengan Islam tanpa harus menjadikan Indonesia sebagai negara Islam secara formal. Pemikiran ini pula sangat menganjurkan bahwa nilai-nilai Islam dapat tumbuh dan berkembang pada sebuah negara yang tidak menegaskan sebagai negara yang berafiliasi pada Islam.

Sumber

Tahzib al-akhlak PAI-FAI-UIA.

widisuseso,iryanto, azas filoaofis pancasila sebagai ideologi dan dasar negara,2014,jurnal Humanika vol 20 FIB Universitas Diponegoro

Pemikiran Ahmad syafii maarif, Negara dan syariat islam, millah, vol 9, no 2, 2011.

Jurnal ianinponorogo. Ac. id.

Yudi latif "Negara Paripurna" Jakarta, Gramedia, 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun