Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Abid-abidan yang Dirindukan dan Kepungan Likuran yang Dinantikan

20 Maret 2024   14:31 Diperbarui: 20 Maret 2024   14:45 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.id

Tradisi Abid-abidan yang Dirindukan dan Kepungan Likuran yang Dinantikan

Tepat hari adalah hari ke sembilan Ramadan dan hari kesepuluh Ramadan bercerita. Sayangnya, saya harus bolong karena Mystery Challenge kali ini adalah membuat video tradisi unik Ramadan. Namun, saya tidak bisa membuatnya karena keterbatasan. Meskipun demikan, saya tidak ingin berhenti menulis. Maka cerita Ramadan tetap dilanjutkan. 

Sebagai perantau yang jarang pulang, ada tradisi yang kerap saya rindukan dan dinantikan ketika pulang kampung halaman. Karena, hanya di kampung itulah tradisi itu ditemukan. 

1. Abid-abidan

Di tempat kelahiran saya, Cilacap-Jawa Tengah, ada sebuah tradisi abid-abidan (tarian api) yang diadakan untuk merayakan suka cita. Seperti suka cita menyambut Ramadan, Momen Idulfitri, juga suka cita pesta sunatan anak kesayangan sebagai bentuk kebanggaan orang tua terhadap anak. Tradisi yang dilakukan pada momen-momen tertentu ini membuat perasaan rindu bila mengingatnya. Tradisi yang tidak ada di setiap saat dan saya yang jarang pulang, menjadi paket lengkap alasan sebuah kerinduan. 

Sebenarnya abid-abidan ini tidak hanya ada di daerah Cilacap saja tetapi ada juga di daerah-daerah sekitarnya. Seperti Banyumas, Purwodadi dan lain-lain. 

Nampaknya tradisi abid-abidan di sejumlah daerah sudah mulai langka. Mungkin sama seperti di daerah saya, penari abid-abidan (pemegang obor yang beratraksi) bersifat suka rela. Tidak ada sanggar khusus yang menaungi. Meskipun ada kompensasi dari penyelenggara, tetapi tidak sebanding dengan bahayanya. Atraksi bahaya tersebut seperti memutar-mutar obor seperti mayoret. Mayoret merupakan seseorang yang melakukan aksi tari, atau gerakan dalam suatu penampilan parade drumben dengan menggunakan sebuah tongkat mayoret yang disebut dengan baton.

Sebenarnya abid-abidan ini ada pada tahun lalu, bahkan adik kandung saya sendiri menjadi salah satu penari itu. Sayangnya saya hanya bisa melihatnya dalam sebuah video yang diunggah di media sosial saja. 

2. Likuran (Kepungan) 

Likuran adalah kepungan yang diadakan pada 10 malam terakhir pada tanggal ganjil Bulan Ramadan. Likuran ini berkaitan erat dengan dogma agama yaitu jatuhnya malam lailatul qodar yang diperkirakan jatuh pada malam tanggal-tanggal ganjil tersebut. 

Kepungan itu sendiri adalah makan bersama dengan duduk melingkar mengepung makanan yang diletakkan di tengah-tengah. Kepungan ini juga mewarnai setiap momen perayaan. Baik perayaan agama, pesta atau tasyakuran juga ada pada acara duka (kematian). 

Di kampung saya, Banjarwaru kabupaten Cilacap, likuran masih menjadi tradisi yang dilakukan hingga saat ini. Biasanya, pada malam likuran, Masjid-masjid atau Musala akan penuh jemaah, terutama anak-anak. Hal ini karena ada acara yang dinanti-nantikan yaitu kepungan. Kepungan yang diadakan di setiap acara mempunyai tata cara dan tujuan yang hampir sama tetapi pengadaan makanannya berbeda. 

Khusus kepungan pada malam likuran ini, makanan berasal dari warga. Dalam satu RT sejumlah warga dibagi menjadi kelompok malam 21,23,25,27,29. Untuk kemudian ketika idulfitri yaitu pada malam idulfitri dan ketika hari H (sepulang salat ied). Masing-masing warga yang terjadwal akan membawa bakul, berisi nadi dan lauk pauk yang disusun di atas nasi menggunakan daun (saat ini daun sudah mulai digeser kertas nasi). Tentu saja kepungan ini diadakan di Musala dan Masjid-masjid karena kepungan ini memang ada dalam acara keagamaan. 

Kepungan yang bersifat pribadi atau perorangan biasanya diadakan di rumah masing-masing orang yang punya hajat. acara tersebut meliputi acara tasyakuran dan berdoa dalam acara kematian. Kepungan tidak hanya makan bersama tetapi ada nilai-nilai kebersamaan, rasa syukur, serta ketaatan. 

Salam 

Mutia AH

Ruji, 20 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun