Sika menghentikan pekerjaan saat adzan berkumandang. Ia mencuci kedua tangan yang berjibaku dengan air sabun. Kemudian, duduk di kursi dapur. Ia fokus mendengar dan berdoa selama adzan.
Suara asing yang terdengar merdu membuatnya terenyuh. Seolah menyuarakan kesepian, kesedihan hati yang mendalam dan mencari tempat untuk kembali.Â
"Pada-Nya kita akan kembali," ucap Sika setelah selesai membaca doa.
"Pah, Pah!" Setengah berteriak Sika mencari dan memanggil suaminya, sambil menyusuri ruang-ruang sempit rumahnya.
Langkah Sika terhenti di pintu kamar. Ketika melihat suaminya berdiri di depan lemari baju dengan cermin persegi panjang menempel di pintunya.
"Pah, tadi siapa yang adzan? Kayaknya baru denger suara itu," tanya Sika penasaran.
"Oh, itu si Adi, anaknya Abdul yang bawaan istrinya," terang lelaki itu sembari menyisir rambut.
"Kenapa?"
"Suaranya, bagus. Ehh kok bisa di sini itu, Bocah?" tanya Sika, penasaran.
"Iya, pan dia ikut Ustad Farhan."