"Lagi enak ngeden, ganggu bae, lu!"Â
"Ya maap!" jawab Lisa. "Ibu, lu nih, nanyain. Lebaran pulang kagak?"
"Iye, entar nelepon balik, dah!"Â
Tanpa memedulikan penelpon, Runi menjawab sekenanya kemudian mematikan sambungan seenaknya.
Dulu. Semasa kecil Runi dan Lisa sangat akrab. Namun kemudian Runi mulai menjauh, ketika ia mulai dewasa. Ia merasa selalu salah jika bersama Lisa. Orang tuanya selalu membandingkan keduanya. Namun bukan itu alasan utamanya. Setinggi apapun orang tuanya menyanjung, Runi tahu persis bagaimana Lisa. Hal itu hanya membuatnya kesal dengan orang tuanya sendiri.Â
"Bandingin doang, modalin kagak!" Jawaban Runi selalu tetapi itu hanya ada dalam hati. Tak sekalipun Runi pernah membalas ucapan ibunya.
Ketika Runi masuk SMA dan Lisa dinikahkan oleh bibinya dengan orang kaya. Keduanya masih akrab tetapi setiap kali Runi bermain dengan Lisa, ibunya sering kali mewanti-wanti.
"Jangan deket-deket lagi sama Lisa. Dikiranya kamu minta dijajanin. Ibu yang gak enak, Run. Bibimu, bolak balik ngomong tiap kali kamu bareng Lisa."
Walaupun Runi sering kesal dengan ibunya tetapi ia tak rela jika ibunya tersakiti. Memilih menjauh dari Lisa adalah pilihan tepat menurutnya.
Seiring berjalannya waktu, Runi semakin jauh dengan Lisa. Meskipun ia menyadari Lisa sama sekali tak berubah seperti dulu. Namun lingkungan yang membuat Runi lebih memilih menjauh dan tak terhubung dengannya. Namun, Lisa selalu punya alasan menghubunginya, walau sekadar menyampaikan pesan dari ibunya. Karena keduanya berdekatan rumahnya di kampung.
"Iri sama Lisa?"