Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Masih Terlalu Pagi, Cinta

28 April 2023   14:09 Diperbarui: 30 April 2023   21:49 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surat cinta. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Umang masih bergeming, terlihat betul ia masih kesal. Namun pada akhirnya ia memilih menurut pada istrinya. Soal kesabaran dan kelembutan Tia bisa diandalkan. Meskipun perempuan berwajah oval itu belum pernah melahirkan tetapi sifat keibuannya tak diragukan. Hal itu mungkin karena pengalamannya menjadi guru TK lebih dari lima tahun lamanya.

Setelah kepergian suaminya, Tia, bangkit dan membereskan rumah yang sebenarnya tak perlu dibereskan lagi. Namun, menunggu Cinta selesai mandi dan makan di hari minggu, seperti menunggu pejabat turun mengunjungi rakyat biasa. 

Lama sudah bisa dipastikan, tetapi cepat ketika musim kampanye tiba. Karena ada sesuatu yang diinginkan. Begitu juga Cinta, adik iparnya. Berubah menjadi manis dan ramah ketika meminta tambahan uang jatah jajan bulanan.

Sebenarnya Tia tak kalah marahnya dengan Umang. Terlebih ia membaca sendiri chat-chat Cinta dan adiknya Gilang. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya keduanya terlibat hubungan asmara.

Tia, melirik Cinta yang baru keluar dari kamar mandi. Melihat wajah gadis belia itu, Tia merasa jengkel dan kesal. Pikirnya, pastilah Cinta yang memulai dan menggoda Gilang.

"Aa, sun dongk, eneng pengen." Sebuah pesan masuk di HP Maruf, dari nomer kontak bernama Bidadariku, sempat dilihat dan dibaca Tia kemarin sore. Dengan jawaban tak kalah mesum dari Gilang, membuat Tia meradang. Setelah dicek ternyata nomer bernama Bidadariku, adalah Cinta, adik Umang suaminya.

Syok melihat kelakuan kedua adiknya, Tia langsung membicarakan hal tersebut dengan orang tuanya. Pada akhirnya HP Gilang disita. Namun soal Cinta, tentu menjadi urusan Tia dan Umang, selaku wali pengganti setelah ayah dan ibu tiada.

"Teteh, Aa dimana?" tanya Cinta, tiba-tiba. Tanpa disadari kehadirannya oleh Tia, gadis itu telah berdiri di sampingnya.

Wajah polos Cinta tampak berseri, terlihat semakin cantik ketika bedak tipis senada memoles kulit lembutnya. Selain dianugerahi kecantikan dari lahir, gadis itu juga memiliki kemampuan merias wajah luar biasa, di usianya yang masih belia.

"Aa, ke rumah Amang Hadi. Neng makan dulu, ya. Nanti habis makan, teteh mau ngomong," terang Tia, berusaha tetap sabar menghadapi tingkah adik iparnya itu.

Selesai makan, Cinta menghampiri Tia yang termenung di dekat jendela. Gadis cantik itu memeluk Tia dari belakang. "Teteh, sayang. Katanya mau ngomong," ucap Cinta manja seperti biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun