Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku dan Penyair Tua

21 Maret 2023   06:22 Diperbarui: 21 Maret 2023   07:18 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Pixabay

Aku dan Penyair Tua

Kulihat penyair tua, di beranda rumahnya. Duduk khusyu dengan memangku buku, ditemani secangkir teh pahit yang  dingin dibuai angin.

Kesepian
Kulihat ia sendirian, memandang awan berarak pelan di antara kilau cahaya senja. Sekawanan burung-burung hitam terbang mengejar hari yang kian petang, seekor nampak tertinggal sendirian mengejar kawanan menuju kegelapan.

Kakek penyair tua terlihat meluruskan badan kemudian menyandarkan bahu sambil menutup buku di pangkuan. Sebuah pena di meja telah berpindah ke tangan, sambil menangis penyair tua menulis.

Entah
apa yang ia tuang dalam sajak-sajaknya? Tentang filosofi senja, tentang usia yang semakin tua atau tentang anak cucu yang lupa keberadaannya?

Di beranda media sosial, di sebuah halaman blog keroyokan, aku menikmati sebuah puisi yang ditulis penyair tua.

"Ah, cinta tak pernah menua."

Salam

Mutia AH

Ruji, 21 Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun