Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayah

19 Desember 2020   08:45 Diperbarui: 19 Desember 2020   08:54 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ayah
ternyata benar katamu
terlalu tinggi menggantungkan mimpi
membuat lupa letak bumi
saat jatuh
seluruh tubuh nyeri
akhirnya, aku menyerah dan berhenti mengejar mimpi
salahkah, Ayah? 

"Menikahlah dengan lelaki yang kau cintai," katamu
teringat pesanmu, aku pun mengiyakan saat lelaki itu meminang

namun akhirnya memilih mengakhiri setelah tahu, aku hanya mencintai sendirian

Ayah
kini lelaki kedua itu datang
benarkah lebih baik dicintai dari pada mencintai?
jika iya, baiklah
aku terima pinangannya

Ayah
setelah sekian waktu dihabiskan
serangkaian episode kehidupan dirasakan
ternyata ada ragam makna bahagia di setiap kepala
ada ribuan jalan untuk meraihnya
namun satu hal yang sering kita melupakannya
'mensyukuri karunia-Nya'

Ayah
semoga kita kelak berjumpa
dalam satu rasa
Bahagia

Ruji, 19 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun