Sumi semakin panik, keringat dingin mulai menitik di keningnya. Ia bergegas ke rumah teman-teman Indah yang biasa main dengannya. Sampai di rumah ke lima yang ia datangi, Sumi semakin panik dan khawatir. Air mata mulai jatuh bercucuran.
"Kamu kemana, Nak?" teriaknya. Di tengah jalan. Ia mulai kebingungan di seluruh gang telah ia susuri tetapi sosok Indah tak juga ditemukan.Â
Tetangga mulai datang berkerumun saat tangisan Sumi meledak. Semua tetangga dan anak-anak di sekitaran gang ikut sibuk mencari Indah.Â
"Indah ... Indah ... , Indah?!"Â
Warga semakin ramai, dari. Mulut ke mulut berita hilangnya Indah semakin luas terdengar hingga satu komplek. Warga semakin  banyak yang datang untuk membantu mencari Indah.Â
"Tadi Maghrib, Indah gak ke Masjid. Tadi aku samperin Indahnya gak mau, katanya lagi asyik main sama Susi," ucap Syifa gadis sebaya Indah polos.Â
"Susi? Susi siapa?" Sumi melotot kaget. Mendengar penuturan Rani;, Sumi semakin panik. Warga yang berkumpul saling pandang tak mengerti. Tak ada nama Susi di komplek perumahan itu. Malam semakin  larut, tetapi indahBerbagai spekulasi mulai bermunculan.Â
"Duuh jangan-jangan dibawa Wewe gombel," bisik salah satu warga. Membuat yang hadir begidik ketakutan.Â
Sumi semakin histeris, berkali-kali ia berteriak-teriak memanggil nama Indah anaknya. Beberapa Ibu-ibu mencoba menenangkan dan menuntun Sumi masuk ke dalam rumah.Â
Bagai menyambut Presiden, warga yang berkumpul membuka jalan ketika Yanto datang ke lokasi.Â
Yanto adalah sosok yang dikenal warga sebagai manusia bermata empat karena bisa melihat mahluk tak kasat mata.
Yanto melihat ke lengannya, hawa aneh tersentuh. Bulu-bulu halus ditangannya terlihat berdiri.Â