Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Katamu, Puisi

27 November 2020   20:48 Diperbarui: 27 November 2020   20:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katamu, Puisi

Katamu, puisi adalah suara hati penulis yang tak terucap lisan. Namun mengapa kau caci saat kutuliskan tentang kepedihan yang merejam

Katamu, puisi adalah kata hati. Namun kau bilang, aku hanya menuliskan curahan lebay kaum alay

Katamu, puisi adalah kebebasan berekspresi. Namun kau bilang itu hanyalah ungkapan hati tanpa diksi

Katamu, puisi adalah kepekaan terhadap lingkungan. Namun, kau bilang itu sebuah provokasi

Katamu-katanya
Kurasakan tak sama. Ah, aku jadi tersudut, takut, ciut

Biarlah kini kusuarakan hati sendiri. Katamu-katanya kutak peduli lagi, sebab inilah yang kurasa
lihat, eja, baca, ucap, tulis apa adanya menjadi puisiku sendiri

Ruji, 27 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun