Setelah Rusdi menikah, tabiat Rusdi kian menjadi. Lebih parahnya lagi, Ruminah ikut-ikutan mabuk-mabukan seperti suaminya meskipun tengah hamil. Mungkin karena itulah, Rusmini puterinya lahir dengan kondisi yang cacat. Entah kelainan apa yang diidap. Hingga Rusmini terlambat dalam pertumbuhannya hingga tak bisa bicara hingga dewasa.
"Hidup asal hidup." Warga desa menyebutnya.
Kehidupan Eyang Sugih selalu menjadi sorotan warga sekitar. Baik karena kekayaan, atau pun drama keluarganya. Kelakuan anak-anaknya, selalu sukses membuat Eyang Kaji mengelus dada dan memijit kepala. Seperti Rusdi yang terjerat narkoba, hingga Samyo yang dipenjara karena memperkosa anak gadis tetangga. Belum lagi Yati anak perempuan Eyang Sugih, berbadan dua setelah pulang dari luar negeri karena menjadi TKI.
Kepulangan Yati, aib bagi keluarga, tetapi anugerah untuk Rusmini. Sebab dengan adanya Yati, Rusmini mendapatkan kasih sayang ibu dari bibinya. Meskipun hal itu tidak berlangsung lama. Sebab Yati meninggal lima tahun kemudian karena serangan Jantung, tujuh hari setelah meninggalnya Eyang War, ibunya.
Masih basah pusara Eyang War dan Yati, Kembali Eyang Sugih menjadi sorotan warga. Pasalnya ia menikah lagi dengan seorang janda muda, dan kembali menghebohkan warga dengan perceraian mereka setelah empat bulan kemudian. Pada akhirnya ....
"Yanti, ayo masuk!" teguran ibu mengagetkan ku, yang termangu di ambang pintu.
Cat tembok warna putih cerah, kontras dengan lantai keramik putih tulang berdebu. Menyambut, saat kami memasuki rumah Eyang Sugih. Seperti warga lainnya, meski pun kaya, di rumah ini tidak ada pembantu. Meskipun Rumah ini terlihat mewah dari luar, tetapi berbeda dengan keadaan di dalam.
Cahaya rumah ini semakin redup, seiring redupnya pamor Eyang Sugih. Ruang tamu terlihat semakin luas karena minimnya perabot. Hanya ada meja dan sofa kumal di sudut ruangan. Â Ternyata kemewahan yang tampak dari luar, tak sepadan dengan kondisi di dalam.
Aku dan ibu terus masuk ke ruang belakang, setelah melewati ruang tengah yang diapit kamar tidur kanan kiri, paling belakang masih ada satu ruangan seukuran rumah tipe dua satu. Di sinilah Eyang Haji menghabiskan masa tuanya.
Masih jelas diingatan, dulu rumah belakang ini adalah dapur, saat acara keluarga besar Eyang Tirta Kencana. Namun kini, justru bagian inilah tempat Eyang Sugih, menghabiskan masa tuanya.
"Mlebu ae, ng kamar," jawab Eyang Sumi, istri baru Eyang Sugih. Saat kami menanyakan keberadaan Eyang Sugih, setelah selesai sungkeman dengannya.