Mohon tunggu...
Mutia Senja
Mutia Senja Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Salah satu hobinya: menulis sesuka hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Resensi Kumcer] Kisah Cinta yang Melulu Indah Itu Kata Siapa?

20 Maret 2019   06:38 Diperbarui: 20 Maret 2019   06:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlepas dari latar belakang pengarang, saya yakin bahwa Amanatia merupakan sosok yang kuat. Terbukti dari hampir keseluruhan cerpennya, selalu dimunculkan konflik yang membuat perempuan selalu menanggung "getah" dari kesialan lelaki. Namun dimunculkan solusi tentang bagaimana tokoh tersebut mengambil peran untuk tetap selow menghadapi kehidupan. Baginya, ia hanya perlu membaca ulang peristiwa-peristiwa lama yang membuat dirinya berspekulasi: aku masih lebih beruntung daripada dirinya. Atau semacam rasa syukur dan kebijaksanaan untuk tidak memperlihatkan kelemahan. Sehingga ia memilih berjalan terus sesuai kehendak hatinya sendiri.

Merasa dicurangi dengan judul buku ini sebab berbeda situasi dengan Nursri, saya tetap mendapatkan bekal untuk sekadar merenungkan kembali mengapa menikah menjadi bagian penting bagi hidup manusia. Terlepas dari cinta, terlepas dari tuntutan keluarga, dan terlepas dari persoalan apapun, waktu untuk tidak menikah bagi saya hanyalah persoalan "waktu". Itu sebabnya mengapa banyak sekali perkara terjadi, baik yang melibatkan masa lalu, masa sekarang, bahkan masa depan. Maka sampailah kita kepada pertanyaan perihal: kapan waktu untuk tidak menikah---dan setiap orang berhak atas jawabannya masing-masing.

Ini seperti prinsip cinta yang diceritakan Cak Nun pada sebuah kesempatan perihal Umbu Landu Paranggi---beliau mengimani bahwa cinta sejati adalah cinta yang tak boleh dibatalkan dengan sebuah pertemuan, apalagi sampai melakukan kontak fisik dengan pernikahan. Salah satu prinsip Umbu sehingga ia tetap mencintai seorang wanita tanpa pernah memilikinya sama sekali, namun ia tetap mencintainya. Bagaimana bisa? Bukankah cinta dan pernikahan saling beriringan? Bertanyalah sambil menyelami setiap lembar buku ini dan temukan jawabannya.

Bagi siapa saja, buku ini sengaja lahir untuk ditimang khalayak luas. Bukan hanya dikhususkan kaum jomlo yang terlanjur malas untuk menikah atau kaum patah hati yang mengutuk dirinya sendiri dengan beragam alasan. Sebab cerita demi cerita yang dihidangkan Amanatia sangatlah realistis dengan kehidupan nyata. Maka bagi siapa saja yang masih memiliki cinta, nikahilah buku ini sebelum waktu memaksa kita menikahi sepi. Dan ambilah satu per satu makna hidup yang barangkali belum sempat kita pelajari.

Judul buku      : Waktu untuk Tidak Menikah

Pengarang       : Amanatia Junda

Penerbit           : Mojok

Tahun terbit  : Cetakan 1, Oktober 2018

ISBN                    : 978-602-1318-76-8

Tebal                  : viii + 178 halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun