Di masa ini pula, terjadi banyak stagnasi di bidang kebudayaan dan pendidikan sains. Filsafat Hellenisme atau Yunani yang identik dengan sains telah dipukul mundur lajunya sejak masa awal abad pertengahan, menyebabkan pandangan dan pemikiran masyarakat Eropa pada masa itu menjadi picik dan dangkal.Â
Terlalu berpatok pada agama secara berlebihan rupanya telah membawa masyarakat Eropa ke pusaran kegelapan tanpa henti. Tak hanya itu, wabah juga amat sering terjadi sebagai buah dari diabaikannya sanitasi lingkungan dan paramedis, salah satunya adalah wabah hitam (black death) yang hampir menelan korban sebanyak sepertiga penduduk Eropa sebagai akibat dari pemusnahan massal kucing, yang dianggap sebagai jelmaan siluman.
Berkaca dari pengalaman pahit di abad pertengahan, masyarakat Eropa seakan trauma dengan tercampurnya agama di sendi kehidupan bernegara mereka, hingga mereka memutuskan untuk bangkit kembali menyongsong masa depan baru. Ini dinamakan dengan era renaisans.
Memandang dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian agama ke dalam kehidupan bernegara secara berlebihan amatlah tidak dianjurkan. Pada dasarnya, filsafat dan agama memang harus ditempatkan secara sama rata dan tidak berat sebelah. Dengan demikian, manusia dapat menjalankan hidupnya secara realistis dan tidak mengandalkan intuisi abal-abal saja.
DAFTAR REFERENSI:
Fritz, K. von, McLellan, D. T., Stroll, A., Levi, A. W., Chambre, H., Wolin, R., & Maurer, A. (2021). Western Philosophy. Dalam Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/topic/Western-philosophy
Nanawi, N. (2017). Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Pustaka Almaida.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H