Mohon tunggu...
Umi Mutiah Putri
Umi Mutiah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pemula

Segala bentuk aksara kutuangkan didalamnya. Selamat menikmati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Perempuan Semesta #chapterkurandak

31 Agustus 2021   10:56 Diperbarui: 31 Agustus 2021   11:27 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terik matahari siang kali ini berbeda dari biasanya, panas begitu mendera membuat beberapa calon penumpang lain yang menunggu menggerutu tanpa henti begitu juga dengan teman-temanku. Akhirnya, setelah menunggu lebih dari 35 menit perahu yang akan mengantarkan kami ketempat tujuan tiba.

Ini bukan perjalanan kali pertama yang dilakukan, tapi rasanya masih sama. Takut, khawatir dan gelisah menjadi satu, memikirkan hal-hal buruk saat melintas dan berada ditengah-tengah laut. Aku dan segala pikiran buruk. Butuh waktu sekitar 35 menit untuk sampai ke desa tujuan atau bahkan bisa sampai satu jam perjalanan jika air pasang muncul.

Desa Karang Gading Dusun Kurandak, Sumatera Utara. Desa kecil dengan mayoritas masyarakat berprofesi sebagai nelayan ini menjadi pilihan kami menggunakan waktu libur semester untuk lebih produktif.

Memberi dan Berbagi 

Rutinitas yang selalu kami lakukan sebelum hendak bepergian ke desa tujuan adalah dengan mengumpulkan buku-buku cerita atau pelajaran dan pakaian yang layak pakai untuk dibagikan. Juga melakukan campaign open donasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan didesa tujuan.

Kegiatan ini menjadi bagian terfavorit. Dapat menjadi perantara tangan-tangan kebaikan yang mau dan sukarela membantu meningkatkan kualitas pendidikan di desa-desa terpencil. Bukankah hal ini begitu membahagiakan dapat saling membantu dan berbagi kepada sesama ?

Pengumpulan buku kami lakukan dengan mendatangi toko-toko buku yang ada dipasar dan menyampaikan kemana buku ini akan disalurkan. Tidak sedikit yang begitu mengapresiasi kegiatan ini, mengingat dewasa ini sudah jarang anak muda yang mau berkontribusi dalam kegiatan seperti ini.

Sebab desa tujuan kali ini adalah Desa Karang Gading Dusun Kurandak, maka kami lebih memperbanyak buku-buku cerita atau pelajaran. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab saat kami membawa sebuah buku cerita dan membacakannya mereka terlihat sangat antusias dan berebut untuk saling memegang. Dan ternyata mereka sama sekali tidak memiliki buku selain buku tulis yang ada dirumah.

Dengan buku yang diberikan, kami dan kita semua berharap dapat menjadikan mereka sebagai generasi literasi dan inovatif yang dapat mengembangkan dan mensejahterakan tanah kelahiran mereka.

Melakukan Dengan Hati

Tentu kita semua setuju bahwa pendidikan menjadi hal yang sangat krusial dalam kehidupan. Melalui pendidikan seseorang dapat mengangkat martabat dan memutus rantai kemiskinan dalam keluarga. Kemajuan suatu bangsa juga dipengaruhi oleh pendidikan. 

Namun, tidak semua anak bangsa dapat mengenyam pendidikan dengan baik. Salah satu hal yang menjadi faktornya adalah fasilitas yang kurang memadai baik intern maupun ekstern. Mari kita intip bagaimana kondisi pendidikan di Dusun Kurandak yang masih jauh dari kata standar. Bagaimana perjuangan anak-anak penerus bangsa ini mendapatkan ilmu pengetahuan.

Untuk dapat sampai kesekolah kami mesti menempuh perjalanan sejauh 3 km dengan berjalan kaki sebab tidak ada akses kendaraan yang dapat digunakan. Jika hujan turun jalan-jalan berubah menjadi kubangan kolam kecil dan berlumpur. Membuat perjalanan kesekolah semakin sulit dan butuh waktu yang lebih lama. Sepanjang jalan hanya dihiasi oleh rawa, hutan dan sawah warga. Tidak ada satu hunian rumah yang ada. Bahkan tidak jarang saat hendak pergi atau pulang dari sekolah banyak hewan-hewan liar yang melintas.

Di Desa ini hanya ada satu sekolah dasar yaitu MIS Al-Ittihadiyah. Sehingga setiap anak-anak yang akan lanjut kejenjang berikutnya harus menyebrang ke desa sebelah menggunakan jalur air dapat juga menggunakan jalur darat yang memakan waktu cukup lama. Kondisi sekolah ini sungguh sangat memprihatinkan, atap sekolah yang bocor, ruang kelas yang belum memadai, fasilitas yang belum mendukung dan bangunan sekolah yang belum layak digunakan. Semangat belajar anak-anak di desa ini juga masih rendah sebab jauhnya jarak tempat tinggal dengan lokasi sekolah. Membuat beberapa anak enggan untuk berangkat menuntut ilmu sehingga banyak dari mereka yang tidak melanjutkan sekolah dasar atau kejenjang selanjutnya dan lebih memilih bekerja sebagai nelayan.

Melihat kondisi seperti ini maka kami rutin meng-agendakan untuk berkunjung ke dusun ini untuk menumbuhkan semangat belajar dan berusaha semaksimal mungkin mentransfer ilmu yang tidak seberapa  kepada anak-anak yang tidak mereka dapatkan disekolah.

Cita dan Harapan 

Malam ini hujan turun dengan syahdunya, percikan air yang turun beriringan begitu menenangkan, menguarkan aroma tanah yang membuat damai. Kami berkumpul dirumah bapak Jeni. Lelaki paruh baya yang senantiasa melebarkan pintu rumahnya bagi siapapun yang berkunjung tanpa peduli ras dan agama. Beliau pula yang menjadi orang tua asuh selama kami mengabdi atau berkunjung kesini.

Malam ini hanya diisi dengan gurauan dan saling bertukar cerita. Mencapai klimkas obrolan malam, ini bapak Jeni menyampaikan dengan nada lirih dan bergetar ungkapan terima kasih nya, suasana seketika berubah menjadi haru. Senyap dan sepi, kami saling berangkulan dan juga turut mengucapkan beribu ungkapan syukur sebab kedatangan kami diterima dengan baik dan dengan tangan terbuka.

"Terima kasih anak-anak bapak atas kedatangan dan keikhlasannya untuk berbagi disini. Harapan bapak dan kami disini semoga kalian tidak pernah bosan untuk kembali lagi ke kampung kecil ini. Bersyukur rasanya mengenal dan mempunyai anak-anak berjiwa besar seperti kalian" ~Bapak Jeni~

Desa dengan pesona keramahan dan kesederhanaannya ini membuat siapapun yang berkunjung enggan untuk kembali. Itulah yang kami rasakan pula. Masih ingin rasanya berada di dusun ini sedikit lebih lama dan berkontribusi lebih bagi masyarakat didusun ini.

Perjalanan kali ini memberi makna mendalam kepada saya, bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Banyak diluar sana yang melangitkan do'a mengharapkan uluran tangan, menunggu orang-orang pilihan-Nya untuk saling berbagi dan membantu sesama. Bukankah kita akan menjadi insan  yang serakah jika hanya memperkaya diri tanpa memperdulikan dan memikirkan bagaimana saudara-saudari kita diluar sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun