Mohon tunggu...
Mutia Fadlilah
Mutia Fadlilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Seorang Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Pendidikan yang Membebaskan Vs Membelenggu

22 Oktober 2022   19:47 Diperbarui: 22 Oktober 2022   21:21 2559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: okezone.com

Sudah merdeka-kah pendidikan di negara kita?

Penjajahan bangsa Indonesia oleh para penjajah Belanda telah lama usai. Sudah sekitar 77 tahun berlalu dan sampai saat ini kita masih bisa merasakan kemerdekaan tersebut. Namun apakah kita telah benar-benar merdeka? 

Secara sejarah negara kita dapat dikatakan sudah merdeka, tetapi dilihat dari berbagai permasalahan yang menimpa negara kita ini menggambarkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Ada berbagai macam permasalahan yang terjadi di negara ini, salah satunya yaitu masalah dalam aspek pendidikan.

Tak bisa dipungkiri, masalah pendidikan akan selalu muncul seiring dengan perkembangan zaman. Pendidikan sudah ditanamkan sejak lahir didunia hingga sekarang. Dalam hal ini, terjadi perubahan tingkah laku dan perilaku manusia dari masa ke masa. 

Sehingga hal tersebut turut merubah perkembangan sistem pendidikan yang ada. Menurut Andrean (2014), sistem pendidikan merupakan strategi atau metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan sangat berpengaruh pada pengembangan potensi peserta didik.

Selain sistem pendidikan, proses belajar mengajar tak luput dari peran serta para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua dan guru. Orang tua merupakan seorang pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga yang memiliki peran penting dalam perkembangan pribadi seorang anak.

Sedangkan guru merupakan tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, memberikan penilaian serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.

Lantas apakah peran para pendidik serta sistem pendidikan di negara kita ini sudah maksimal dalam menerapkan kebebasan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya? Jawabannya tentu belum, sebab proses pendidikan di Indonesia masih membatasi kebebasan peserta didiknya.

Menyamaratakan kemampuan peserta didik

Albert Einstein pernah berkata, "Setiap orang itu cerdas. Namun jika kita menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, maka ia akan selamanya menganggap dirinya bodoh." begitu pula dengan sistem pendidikan di Indonesia saat ini. 

Pendidikan mengajarkan murid untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang seharusnya melihat pada kebutuhan serta kemampuan  murid, bukan malah menyamaratakan cara berpikir mereka. Hal yang demikian tersebut dapat mematikan serta menghalangi kemampuan yang dimiliki peserta didik sebenarnya. 

Sehingga sering kali peserta didik merasa minder dan tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri. Mereka berpikir bahwa kemampuannya tidak sebanding dan tertinggal dengan anak yang lain.

Tuntutan nilai sempurna di semua bidang

Dalam kasus lain, sistem pendidikan khususnya di Indonesia, dalam penerapannya mewajibkan peserta didik untuk dapat menguasai semua bidang pelajaran. Terkadang murid juga dituntut agar mendapat nilai yang sempurna di semua mata pelajaran. Sehingga kadang kala orang tua memarahi dan menyalahkan anaknya yang mendapat nilai buruk. 

Padahal pada kenyataannya, kemampuan pada murid satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda. Ada murid yang pandai dalam berhitung matematika namun kurang fasih dalam berbahasa. Begitupun sebaliknya, ada yang mahir dalam berbahasa namun kurang menguasai matematika. 

Hal tersebut tentu saja tidak dapat disamaratakan dan dibanding-bandingkan. Setiap orang mempunyai value/ nilainya masing- masing. Tinggal bagaimana peran pendidik untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didiknya dan membimbingnya agar bisa lebih baik lagi.

Murid seakan benda yang  pasif

Berbicara tentang sistem pendidikan di Indonesia, juga tak luput dari cara atau metode mengajar yang diterapkan. M. Harir (2011) berpendapat bahwa, murid tidak pernah dipandang sebagai pribadi yang mempunyai pilihan dan kemampuan untuk berkreasi. 

Melainkan murid dipandang seakan sebuah benda yang siap menerima dengan pasif sederet dalil pengetahuan dari seorang guru. Bila sudah begini, pengertian , pemahaman, dan kesadaran akan ilmu pengetahuan yang diberikan seorang guru kepada muridnya sudah bukan hal yang penting lagi.

Ciri pendidikan yang semacam ini biasanya lebih mengajarkan menghafal kepada murid-muridnya daripada memahami, pilihan tertutup daripada esai, atau menyalin dan mencatat daripada membahasakannya kembali dengan cara atau apalagi pemahaman baru.

Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pengajaran dengan metode tersebut dapat menghalangi kebebasan murid dalam berkreasi. Murid cenderung lebih terpaku menerima materi guru apa adanya dengan menghafal daripada memahaminya. 

Beberapa guru menuntut agar muridnya dapat mengingat materi yang disampaikan yang mana keluar dalam soal-soal ujian, tanpa paham konsep asalnya. Hal tersebut dapat membatasi mindset peserta didik dalam pengambangannya. Oleh karena itu pendidikan yang membebaskan peserta didik sangatlah penting. Pendidikan yang mampu memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Pendidikan yang membebaskan 

Maksud pendidikan yang membebaskan yaitu pendidikan yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh anak didik agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang merdeka. Tugas orang tua memang mendapatkan amanat dari Tuhan untuk mendidik anaknya agar menjadi orang yang baik dan bertakwa kepada-Nya. 

Begitu juga guru yang memiliki tanggung jawab secara profesional mengajarkan ilmu kepada muridnya. Namun, bukan berarti pendidik bisa bertindak semena-mena sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa mendengar apa yang menjadi keinginan sang anak

Pendidikan yang membebaskan juga bertujuan agar peserta didik dapat menumbuhkan kesadaran kritis yang mampu mendorong kemampuannya untuk menafsirkan persoalan nyata dalam kehidupannya. Oleh karena itu, proses dalam pendidikan dinilai lebih penting daripada hasilnya. 

Dalam praktiknya, proses pendidikan merupakan upaya secara sadar dalam memanusiakan manusia. Hakikatnya, pendidikan berupaya membantu dalam perkembangan peserta didik yang dimana awalnya peserta didik belum mengetahui menjadi tahu, yang awalnya belum paham menjadi paham.  

Metode pengajaran yang diberikan pendidik dapat berpengaruh pada kebebasan peserta didiknya. Seorang pendidik memiliki tugas untuk mengajarkan suatu ilmu kepada anak didiknya. Namun jika guru hanya mengajarkan muridnya hanya melalui satu arah, peran murid disini akan pasif hanya sekadar menerima ilmu dari guru saja. 

Maka pendidik diharapkan dapat membimbing dan mendampingi muridnya dalam proses belajar mengajar, sehingga pola hubungan antara pendidik dan peserta didik sejajar. Guru tidak melulu menjadi subjek, sedangkan murid diperlakukan menjadi objek. Jika pola hubungan pendidik dan peserta didik sejajar, terjadi pendidikan yang membebaskan. 

Dialog dalam proses belajar mengajar kelak dapat mengembalikan hakikat dan tujuan pendidikan yang mencerdaskan generasi bangsa dan membebaskan dari belenggu penindasan di samping memanusiakan manusia.

Mutia Fadlilah/S1 Pend. Matematika/ Fakultas Trbiyah dan Keguruan/UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun