Mohon tunggu...
Mutia Fadlilah
Mutia Fadlilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Seorang Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Pendidikan yang Membebaskan Vs Membelenggu

22 Oktober 2022   19:47 Diperbarui: 22 Oktober 2022   21:21 2559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan mengajarkan murid untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang seharusnya melihat pada kebutuhan serta kemampuan  murid, bukan malah menyamaratakan cara berpikir mereka. Hal yang demikian tersebut dapat mematikan serta menghalangi kemampuan yang dimiliki peserta didik sebenarnya. 

Sehingga sering kali peserta didik merasa minder dan tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri. Mereka berpikir bahwa kemampuannya tidak sebanding dan tertinggal dengan anak yang lain.

Tuntutan nilai sempurna di semua bidang

Dalam kasus lain, sistem pendidikan khususnya di Indonesia, dalam penerapannya mewajibkan peserta didik untuk dapat menguasai semua bidang pelajaran. Terkadang murid juga dituntut agar mendapat nilai yang sempurna di semua mata pelajaran. Sehingga kadang kala orang tua memarahi dan menyalahkan anaknya yang mendapat nilai buruk. 

Padahal pada kenyataannya, kemampuan pada murid satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda. Ada murid yang pandai dalam berhitung matematika namun kurang fasih dalam berbahasa. Begitupun sebaliknya, ada yang mahir dalam berbahasa namun kurang menguasai matematika. 

Hal tersebut tentu saja tidak dapat disamaratakan dan dibanding-bandingkan. Setiap orang mempunyai value/ nilainya masing- masing. Tinggal bagaimana peran pendidik untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didiknya dan membimbingnya agar bisa lebih baik lagi.

Murid seakan benda yang  pasif

Berbicara tentang sistem pendidikan di Indonesia, juga tak luput dari cara atau metode mengajar yang diterapkan. M. Harir (2011) berpendapat bahwa, murid tidak pernah dipandang sebagai pribadi yang mempunyai pilihan dan kemampuan untuk berkreasi. 

Melainkan murid dipandang seakan sebuah benda yang siap menerima dengan pasif sederet dalil pengetahuan dari seorang guru. Bila sudah begini, pengertian , pemahaman, dan kesadaran akan ilmu pengetahuan yang diberikan seorang guru kepada muridnya sudah bukan hal yang penting lagi.

Ciri pendidikan yang semacam ini biasanya lebih mengajarkan menghafal kepada murid-muridnya daripada memahami, pilihan tertutup daripada esai, atau menyalin dan mencatat daripada membahasakannya kembali dengan cara atau apalagi pemahaman baru.

Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pengajaran dengan metode tersebut dapat menghalangi kebebasan murid dalam berkreasi. Murid cenderung lebih terpaku menerima materi guru apa adanya dengan menghafal daripada memahaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun