Raden Dewi yang merupakan adik dari Dimyati juga menyalonkan diri sebagai Bupati Pandeglang pada pemilihan kepala daerah 2024.
Jika ditelaah lebih dalam, statement yang lontarkan oleh para pasangan calon kepala daerah yang mengarah pada bias gender  tidak hanya menyerang perempuan sebagai rival politiknya, tetapi secara tidak langsung juga menyudutkan semua perempuan.Â
Misalnya, Suswono yang mengatakan "janda kaya menikahi pemuda pengangguran", dalam konteks ini secara gamblang Suswono memberikan pelabelan terhadap perempuan yang berstatus janda dianggap berbeda dibandingkan dengan laki-laki yang berstatus duda.
Menyoroti dua kata 'janda kaya', membuktikan bias bahwa nilai seorang perempuan seringkali dikaitkan dengan status finansial, seolah-olah itu menjadi 'atribut'dalam menentukkan keputusan pernikahan.Â
Kemudian, pernyataan tersebut juga memojokkan pilihan  perempuan, dimana secara implisit menghakimi kebebasan perempuan untuk menentukkan pasangan hidup berdasarkan kiteria-kriteria yang telah mereka buat.
Tak Laku di Mata Gen Z
Melalui media sosial, generasi Z dan milenial yang merupakan mayoritas pemilih pada Pilkada 2024 mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap pernyataan kontroversial yang mengarah pada diskriminasi gender. Sebagai generasi yang sudah melek terhadap kesetaraan gender, mereka terus menyuarakan kritik keras terhadap kandidat yang dianggap melakukan misoginis.Â
Kritik yang diberikan oleh mereka menunjukkan bagaimana komunikasi publik dapat mempengaruhi opini masyarakat dan membentuk narasi tentang gender dalam politik.
Sangat mengerikan mengehatui bahwa banyak dari calon kandidat pilkada 2024 mengalami kemunduran dalam berpikir. Mengingat saat ini kita berada di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat, dimana pada saat ini banyak dari masyarakat yang mengkampanyekan kesetaraan untuk menciptakan peran gender yang positif dan inklusif serta menghilangkan stigma stigma lama.Â
Rasanya memalukan menyaksikan fenomena para calon petinggi negara masih memiliki pola pikir patriarki dan sikap diskriminatif  yang masih mengakar kuat.
Dewasa ini, generasi Z dan milenial tidak lagi tertarik dengan budaya patriarki atau narasi-narasi yang menyatakan ketidakmampuan perempuan atau stereotip tradisional lainnya. Menurut data laporan Ipsos, sebanyak 45% generasi Z dan 44% generasi milenial lebih cenderung mengidentifikasi diri mereka sebagai feminis.