Mohon tunggu...
Mutia
Mutia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of MTsN Padang Panjang

Coffee, study, and stress.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekolah Bukan Hanya tentang Belajar namun Juga Menemukan Tujuan Hidup Sebenarnya

2 Januari 2023   09:43 Diperbarui: 2 Januari 2023   09:52 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inspirasi

Pagi hari menjelang siang di Kota Nebula, hari ini sama seperti hari biasanya tidak ada yang begitu spesial. 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi dan orang-orang berlarian ke kantin. Lihatlah betapa ramainya tempat itu, berdesak-desakkan, ughh.... melihatnya saja sudah membuatku sesak seakan sulit untuk bernapas.

Jadi disinilah aku, duduk di kelas tanpa berniat untuk keluar. Sekitar 5 menit sebelum bel masuk berbunyi, aku berjalan keluar kelas menuju kantin. Kini suasana kantin sudah mulai sepi, sehingga aku tidak perlu berdesakkan dengan orang-orang.

Aku melihat berbagai jenis jajanan dan akhirnya membeli 2 buah donat isi selai cokelat. Segera kuhabiskan donat yang sebelumnya kubeli, jangan sampai guruku masuk kelas saat aku masih memakan donat itu. Setelah selesai makan, sampah-sampah yang berada di sekitar kubersihkan dan dibuang ke tempat sampah.

Biar kulihat, oh ternyata setelah ini adalah jadwal pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu mata pelajaran favoritku. Jadi aku mengambil buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia dari dalam tas. Selang beberapa waktu akhirnya bel masuk berbunyi dan teman-temanku mulai masuk ke dalam kelas.

"Assalamu'alaikum," ucap Bu Ana saat masuk ke kelas kami.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatu," kami menjawab serentak.

Bu Ana berjalan masuk dengan senyumnya yang khas seperti biasanya. Bu Ana duduk dan mulai mengabsen nama kami satu persatu. Aku duduk dengan tenang sambil menunggu namaku disebut.

"Farah Sapphire," ucap Bu Ana.

"Hadir Bu," ujarku sambil mengangkat tangan dan melihat ke arah Bu Ana.

Nah, sekarang kalian sudah tau namaku yaitu Farah Sapphire. Farah artinya kebahagiaan dan Sapphire adalah batu intan berwarna biru tua. Biasanya teman teman memanggilku Farah.

Aku sekolah disalah satu Madrasah Negeri yang ada di Kota Nebula. Di sini aku memiliki seorang sahabat yang sangat aku sayangi bernama Nana Kalisa, yang biasa ku sebut Nana. Dulu kami sering menghabiskan waktu bersama, namun karena jarak kelas kami yang cukup jauh, kami jadi jarang bertemu akhir-akhir ini.

Baiklah cukup ceritanya, sekarang Bu Ana sudah selesai mengabsen nama kami dan akan memulai pelajaran. Tetapi hari ini seperti ada yang berbeda, Bu Ana masih duduk dikursinya, terlihat ekspresi marah dan kecewa di wajahnya. Akhirnya Bu Ana bercerita kepada kami bahwa ada beberapa orang siswa Madrasah kami yang tertangkap merokok di luar area sekolah.

Bu Ana mengatakan bahwa siswa yang tertangkap tersebut berjumlah lebih dari satu orang. Begitu Kepala Madrasah mendapat laporan, beliau segera memproses kasus ini. Tidak sampai di situ, ternyata salah seorang yang terlibat dalam kasus ini adalah kenalanku.

Sebagai seorang teman, aku mengenalnya sebagai sosok yang aktif saat di kelas. Dia memang terkadang suka berbuat onar dan jahil kepada teman-temannya. Aku tidak menyangka dia akan berani berbuat hingga sejauh itu.

"Sekarang Ibu Kepala Madrasah sudah memanggil anak yang terlibat kasus ini untuk menghadap," lanjut Bu Ana.

"Lalu bagaimana dengan mereka Bu? apakah mereka akan mendapatkan hukuman yang sangat berat?" ujar salah seorang temanku.

"Tentu!!! setiap kesalahan pasti akan mendapatkan konsekuensinya. Konsekuensi itu diberikan sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah kita. Tetapi kita tentu juga harus memberikan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik lagi kedepannya," ujar Bu Ana.

Bu Ana menghela napas dan dengan tegas berkata, "Kami para guru selalu mengajari dan mendidik Ananda semua agar mempunyai karakter dan akhlak yang baik. Orang tua juga menyekolahkan Kamu semua dengan tujuan agar anak mereka bisa menjadi anak yang baik dan membanggakan mereka nantinya. Karena itulah Ananda semua harus belajar bersungguh-sungguh untuk memenuhi harapan orang tua, bukannya melakukan hal-hal yang justru akan merugikan diri Ananda dan mengecewakan orang tua".

Hari itu, kami sekelas  fokus mendengarkan perkataan Bu Ana. Berbagai hal yang disampaikan oleh Bu Ana benar benar membuat kami terdiam seribu bahasa. Tidak terasa jam pelajaran bahasa Indonesia sudah berakhir dan bel pulang pun berbunyi.

"Baiklah Ananda berhubung bel pulang sudah berbunyi, silahkan masukkan peralatan ke dalam tas," ucap Bu Ana.

"Baik Bu," jawab kami sambil membereskan semua peralatan kami.

Setelah membereskan berbagai peralatanku yang ada di atas meja, aku berjalan keluar dari kelas. Seperti biasa, aku pulang bersama sahabatku Nana. Di perjalanan pulang, banyak hal yang terlintas di dalam benakku.

Ternyata menjadi seorang guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga harus bisa menjadi seorang pendidik moral yang baik. Layaknya seperti seorang super hero yang harus serba bisa dalam menghadapi situasi dan masalah apapun. begitulah gambaran seorang guru dalam pandanganku kini, pasti akan menghadapi berbagai bentuk kepribadian siswanya dalam keadaan apapun.

Nah... sepertinya menjadi seorang guru ini benar-benar merupakan sebuah tantangan yang besar. Aku sudah memutuskannya, aku ingin menjadi seorang guru di masa depan kelak yang bisa mengajar dan mendidik dengan baik seperti Bu Ana. Baiklah, aku harus belajar lebih rajin lagi untuk menggapai mimpiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun