Mohon tunggu...
Mutia Fakhriani
Mutia Fakhriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru - Mahasiswa

Hi everyone! Enjoy my blog

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Indonesia

25 Desember 2022   15:00 Diperbarui: 25 Desember 2022   15:04 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sifat-sifat dari setiap kebudayaan adalah universal, dianggap sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa murah kepada makhluk manusia untuk mempertinggi hidup dan penghidupannya. Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya.

Saat penjajahan, Belanda di Indonesia tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan. Mereka hanya mementingkan pengajaran intelektualitas serta materialistis, karena pendidikan semata-mata berupa pendidikan intelek. Belanda menganggap tanah air sebagai objek perdagangan. Mencari dan mendapatkan keuntungan materiil yang sebesar-besarnya. Pendidikan saat itu hanya untuk mendidik calon-calon pegawai dan pembantu-pembantu perusahaan-perusahaan kepunyaan Belanda. Padahal pendidikan dan pengajaran seharusnya bersifat pemeliharaan tumbuhnya benih-benih kebudayaan.

Disamping itu, pendidikan dan pengajaran secara Barat tidak boleh mutlak kita anggap jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat. Hal terpenting adalah mendidik anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Selain itu, lingkungan keluarga merupakan suatu pusat pendidikan yang termulia.  Lingkungan keluarga inilah yang meneruskan segala tradisi, baik yang mengenai hidup kemasyarakatan, keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain unsur daripada budi kesusilaan.

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek), dan jasmani anak-anak. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis-garis bangsanya dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan, yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.  Oleh karena itu, perlunya pendidikan yang merdeka dan tidak membelenggu siswa dalam proses belajar

 

 PENDIDIKAN SAAT INI YANG PERLU DI KRITISI

  1. Tuntutan Nilai

Kita lihat di zaman sekarang, siswa sukar belajar dengan tentram karena dikejar oleh ujian dan tuntutannya. Siswa belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya. Namun, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam rapor sekolah-nya atau untuk dapat ijazah.

  1. Daftar Pelajaran

Masih dipakainya daftar-daftar pelajaran yang tidak memberi semangat mencari ilmu pengetahuan, karena seiring berjalannya waktu, para siswa terus terancam oleh sistem penilaian dan penghargaan yang intelektualis. Daftar Pelajaran di sekolah yang cukup banyak dan tidak sesuai dengan minat dan kemampuan siswa menjadi beban tersendiri bagi mereka. Siswa dituntut untuk mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk, ulangan, hingga pekerjaan rumah dan proses belajar mengajar di sekolah yang terlalu lama. Semua ini bahkan dilakukan hampir di seluruh mata pelajaran. Tentu hal ini mengganggu siswa dan membebani siswa, sehingga siswa cenderung malas dan motivasi yang dimiliki menjadi turun. Turunnya motivasi belajar ini tentu membelenggu siswa untuk merdeka belajar secara mandiri dan bahkan menjadikan kegiatan pembelajaran hanya sebagai penyelesaian tuntutan ketentuan yang harus dilewati.

  1. Wajib Pramuka

Kepramukaan menjadi ekstrakurikuler wajib yang masuk ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan pendidikan menengah dan menjadi bagian dari proses pembelajaran di satuan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 tahun 2014 tentang kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah dan wajib diikuti oleh seluruh siswa. Pelaksanaan kepramukaan wajib ini bertujuan untuk membentuk kepribadian dan kecakapan hidup melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Namun, pelaksanaan kepramukaan wajib sebagai bagian dari proses pembelajaran dapat membatasi kemerdekaan siswa. Dengan adanya kewajiban mengikuti kepramukaan, siswa memiliki keterbatasan dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang disenanginya dan dapat membantunya dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dengan optimal. Selain itu, tidak semua siswa menyukai dan merasakan manfaat dari kegiatan kepramukaan yang diadakan sebagai bagian dari ekstrakurikuler di sekolah, padahal pembentukan kepribadian dan kecakapan hidup tidak hanya melalui ekstrakurikuler pramuka

  1. Seragam Sekolah

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam Permendikbud No. 50 Tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah. Kebijakan sekolah ini diharapkan mampu menurunkan kecenderungan ajang pamer antara siswa dari keluarga mampu dan siswa dari keluarga tidak mampu. Dengan kata lain, seragam yang sama bisa menaikan kepercayaan diri siswa karena memiliki kesempatan yang sama untuk bisa berprestasi di sekolah. Namun faktanya, terdapat sekolah-sekolah yang membedakan seragamnya dengan peraturan yang ada. Contohnya SMP negeri dan SMP elit terkadang berbeda dalam warna seragamnya. Hal ini menunjukkan perbedaan jenjang sosial diantara siswa. Di negara Jepang, Jepang tidak menggunakan seragam karena rawan penculikan dengan seragam, ada perbedaan antara siswa jepang yang sekolah di tempat elit dan sekolah yang biasa aja. Sehingga pemerintah Jepang menghapuskan kebijakan penggunaan seragam, khususnya untuk anak SD. Selain itu, mengapa kebijakan seragam hanya sampai tingkat SMA sedangkan tingkat perguruan tinggi tidak ada seragam. Kebijakan seragam terkadang menjadi selingan bisnis bagi oknum tertentu yang melihatnya sebagai sebuah peluang ekonomi.

  1. Kurikulum yang Selalu Berubah

Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan karena kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan jamannya. Di Indonesia sendiri kurikulum telah berkembang dan berubah beberapa kali. Perubahan ini terjadi pada waktu yang cukup singkat, sehingga kurikulum yang sebelumnya, belum terlaksana secara maksimal. biasanya pengembangan kurikulum yang dilakukan lebih banyak disibukkan dan berhenti pada aspek curriculum plan (kurikulum sebagai dokumen). Sedangkan aspek actual curriculum (kegiatan nyata) biasanya terlupakan, yang terjadi adalah pencetakan buku-buku berdasarkan kurikulum yang berlaku. Sehingga tujuan utama yang ada untuk memberikan pembelajaran bagi siswa tidak dapat tersampaikan secara maksimal karena tidak dipantau dan disiapkan dengan matang. Sebagai contoh pada saat pergantian kurikulum menjadi kurikulum 2013, para guru menyelenggarakan pembelajaran di kelas hanya mengikuti urutan-urutan bahan yang tertera dalam buku tanpa berusaha mengembangkan bahan ajar sendiri sesuai situasi kondisi siswa yang dihadapi. Kurikulum yang berubah-ubah dah mengakibatkan tidak maksimalnya penerapan di sekolah membuat para siswa menjadi belajar tidak maksimal dan tidak memenuhi tuntutan yang ada pada kurikulum.

Demikian perjalanan pendidikan Indonesia dari zaman Belanda hingga saat ini berdasarkan pendapat penulis. Bagaimanapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentunya merupakan usaha terbaik bagi bangsanya. Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun