Hasil analisis fitokimia air dari daun Gliricidia sepium menghasilkan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, terpenoid, steroid, dan flavonoid, dengan kandungan flavonoid paling banyak (Lebang et al., 2016). Gliricidia sepium yang telah difermentasi menghasilkan senyawa berupa Dicoumerol, yakni suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat menggumpalkan darah. Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil konversi dari coumarin yang disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi (Urgncia, 2017). Senyawa coumarin sendiri merupakan senyawa dari golongan flavonoid (Ii & Pustaka, 2002). Apabila kandungan dicoumerol melebihi 10 ppm, maka menyebabkan paralysis dan kematian (Besar & Veteriner, 2010).Â
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif eksperimental. Terdapat 4 perlakuan pada penelitian ini. perlakuan dibedakan untuk dosis ekstrak daun gamal yang dicampurkan pada beras yang dijadikan makanan tikus. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sepuluh tikus (lima jantan dan lima betina) digunakan dalam semua percobaan ditimbang dan dikurung satu per satu di laboratorium selama 15 hari. Sub dewasa, betina hamil dan menyusui dikeluarkan dari percobaan.
Hasil menunjukkan penggunaan gliricidia sepium sebagai pengendali hama tikus tidak secara langsung membunuh tikus. Namun, dari hasil penelitian tersebut penggunaan konsentrat Gliricidia sepium 0,5% dan 0,1% setelah 5 hari menunjukkan efek pada tikus yaitu gerak menjadi lebih lamban, terlihat lemah dan lesu.
Penggunaan metabolit sekunder Gliricidia sepium sebagai pengendali hama tikus sawah tidak bersifat racun untuk makhluk hidup lain, khususnya hewan ruminansia. Selain digunakan untuk melindungi tanaman padi, metabolit sekunder Gliricidia sepium juga dapat digunakan untuk melindungi biji-bijian hasil panen dan pakan ternak. Namun, ekstrak daun Gamal ini bukan racun instan sehingga dibutuhkan dosis berulang agar hewan target mengalami pendarahan fatal.
Tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan tanaman polong- polongan yang mana bagian biji, daun dan kulit kayunya mengandung metabolit sekunder yang bersifat racun. Metabolit sekunder pada tanaman gamal termasuk golongan alkoid, terpenoid, steroid dan falvoid. Karena beberapa bagian tanaman gamal bersifat racun maka tanaman gamal ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengendalikan hama tikus yang sering menganggu tanaman padi dengan proses fermentasi sehingga dihasilkan ekstrak. Selain itu, penggunaan tanaman gamal tidak bersifat racun bagi hewan lainnya, terutama hewan ruminansia.Â
Rekomendasi dari penulis adalah kajian dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan, sehingga penggunaan tanaman gamal untuk mengontrol hama tikus padi tidak memerlukan dosis yang berulang. Hal tersebut akan memberi keuntungan bagi petani sehingga menghemat waktu dalam mengontrol hama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H