Bagaimana mungkin? Coba ingat, berapa kali kah kamu dihadapkan pada peristiwa catcalling, dan memilih untuk berlalu begitu saja tanpa menegur si pelaku? Atau mendengar cerita temanmu saat mengalami catcalling dan memilih tak ambil pusing untuk hal yang sepele semacam ini? sangat miris kita dan sebagian perempuan lainnya cenderung "mempersilahkan" untuk dilecehkan dengan menganggap catcalling adalah hal yang lumrah dan dapat dimaklumi. Hanya dengan melewati saja kita sebenarnya telah memberi mereka kesempatan untuk melakukan pelecehan yang sama pada orang -- orang setelah kita.
Kebanyakan masyarakat memandang catcalling sebagai suatu kejahatan yang bisa ditolerir karena bentuknya "hanya" kata -- kata yang berlalu begitu saja. Sedangkan bagi pelaku, mungkin  pelecehan semacam ini dianggap sebagai "keisengan" yang dilakukan hanya untuk bahan candaan secara spontan pada perempuan yang bahkan tidak ia kenali.Â
Peristiwa semacam ini secara tidak langsung akan berakibat pada psikologis perempuan yang menjadi korban. Kecemasan sangat mungkin terjadi terkait dengan lontaran yang ditujukan padanya. Parahnya lagi, ketik suara korban harus dibungkam dengan victim blaming dari orang -- orang sekitarnya yang sepatutnya memberikan dukungan terhadap korban.
Perempuan yang menjadi korban harus tegas menindaklanjuti catcalling dengan melakukan konfrontasi terhadap pelaku. Entah dengan menjawab atau menatapnya saja, ini sudah cukup menyuarakan bahwa kita memiliki kendali penuh atas diri kita dan pelaku tidak memiliki hak apapun untuk menghakimi. Jika hal ini cukup sulit dilakukan maka beranikanlah diri untuk mengutarannya pada orang -- orang yang dapat membantu.
Catcalling bukanlah suatu kelaziman yang patut kita maklumi, sehingga sangat diperlukan intervensi untuk mengatasinya. Tak hanya memfokuskan pada penindakan si pelaku kita juga harus mengintrospeksi diri, apakah kita sudah menjaga dan menghargai diri sendiri sebagai perempuan yang memiliki kehormatan atau belum.Â
Banyak faktor yang kemudian dianggap menjadi penyebab catcalling. Misalnya saja pakaian yang digunakan, perilaku yang ditunjukkan korban, dan lain sebagainya. Namun yang harus ditekankan disini ialah, jika saja penyetaraan gender sudah benar -- benar dijalankan, kemungkinan terjadinya peristiwa semacam ini akan menurun.Â
Seluruh elemen masyarakat harus sadar bahwa perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki -- laki, dan tidak patut dianggap sebagai objek yang pantas untuk dihakimi atas keadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H