Mohon tunggu...
Mutia Aprilia
Mutia Aprilia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Pamulang

Yang baca ini berarti bisa membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Absurdisme dalam Drama Dag-Dig-Dug

20 Desember 2022   08:45 Diperbarui: 20 Desember 2022   08:50 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Drama adalah bentuk seni naratif yang menggunakan teks tertulis untuk menggambarkan serangkaian peristiwa.
Pada hakekatnya, seseorang dapat mengartikan kata drama sebagai rangkaian peristiwa. Dengan kata lain, drama adalah bentuk seni interpretatif yang menggunakan teks dan suara untuk menceritakan sebuah cerita. 

Salah satu cara melihat drama adalah melalui kacamata filsafat dan pemikiran Jean-Paul Sartre dan Albert Camus. Kata "absurditas" berasal dari kata "tidak mungkin", "tidak masuk akal", dan "tertawa". Absurditas, di sisi lain, adalah keadaan ketidakmungkinan saat ini. Sesuatu yang menyimpang dari keharmonisan, membingungkan, atau tidak logis juga bisa disebut absurd.

Sinopsis drama Dag-Dig-Dug

"Pemilik kost yang merupakan pasangan suami istri ini mengetahui melalui surat bahwa salah satu kerabatnya, Chairul Umam, tewas dalam kecelakaan tabrak lari sepeda motor di Jakarta. Pasangan suami istri ini kesulitan mengingat nama Chairul Umam karena hingga saat ini belum pernah menjamu anak kost dengan nama tersebut.

Mereka memiliki dua pengunjung tak terduga di pagi hari. Mereka membawa uang Chairul Jenderal dari asuransi kecelakaannya. Mereka juga mengakui bahwa Chairul Umam adalah anggota keluarganya karena pertimbangan keuangan. Uang tunai dihitung setelah para tamu pergi dan ternyata kekurangan dan tidak sesuai dengan jumlah nosional yang tercantum pada tanda terima. Jika tersirat pasangan suami istri itu meraup uang, mereka juga takut. Akhirnya, mereka mengembalikan uang itu dan menggunakan sisa dana untuk menutupi selisihnya.

Suami dan istri menua setelah beberapa tahun. Mereka mulai mempertimbangkan kematiannya dan perlengkapan pemakaman yang diperlukan, seperti marmer, semen, pasir, dan peti mati. Mereka sangat khawatir bahwa dana mereka yang terbatas akan segera habis sebelum mereka dapat membeli perlengkapan pemakaman yang diperlukan. Mereka mengabaikan tugas-tugas mereka kepada anak-anak asrama dan bantuan mereka karena disibukkan dengan pikiran tentang kematian. Mereka benar-benar merendahkan dan menguras tenaga asistennya, Cokro. Karena itu Cokro membenci mereka. Cokro memanfaatkan kesempatan itu ketika dia mengira kematiannya sudah dekat. Cokro menyegel kaset itu dengan kuat saat mereka tidur di dalam. Cokro mengalami debaran di dadanya saat itu juga."

Analisis Drama Dag-Dig-Dug
Absurditas Pada Drama Dag-Dig-Dug

Ditinjau dari alur
Narasi drama ini memiliki alur yang berbelit-belit. Rasanya kisah tersebut tidak ada gunanya karena dimulai dari awal dan diakhiri dengan terbitan awal. Contoh: "Chairul Umam ditabrak. Setelah itu, dua wartawan yang belum pernah bertemu dengan Chairul Umam mengunjungi istri dan suaminya di rumah mereka. Namun, kedua pengunjung itu muncul dan memberikan uang asuransi kecelakaan kepada suami istri tersebut. Sang suami dan istri tidak bisa menolak. Dua hari kemudian, setelah dihitung, ternyata di dalam amplop tidak ada cukup uang. Jika suami istri ini mengaku selingkuh, mereka akan takut. Akhirnya, mereka memperbaiki masalah dan mengembalikan uangnya"

Mungkin tidak ada keterkaitan antara satu dialog dengan dialog lainnya. Seperti pembaca seharusnya menarik hubungan antara cerita yang tampaknya tidak berhubungan. Contoh:
suami:  siapa ?
Istri : lupa lagi?
Suami : tadi malam hapal. Siapa?
Istri : ingat-ingat dulu
Suami: lupa bagaimana ingat?
Istri : coba-coba! Nanti dberitahu lupa lagi.jangan dibiaakan otak manja...
Dialog diatas menimbulkan pertanyaan tentang nama Chairul Umam. Namun, tidak ada petunjuk siapa Chairul Umam sebelumnya.

Ditinjau dari tokoh
Sama seperti drama tradisional yang memiliki nama untuk karakternya, drama ini memiliki karakter yang tidak disebutkan namanya. Misalnya tokoh yang ditampilkan adalah suami, istri, tamu I, dan tamu II.
Perlawanan dan Dominasi Kelas (Kelas Atas - Bawah)

Dominasi majikan yang diwakili oleh figur suami istri atas anak kos dan pembantu majikan. Contoh: a) Anak kos sebenarnya sudah lunas, tetapi majikan (istri dan suami) tidak mau keluar rumah tempat tinggalnya setelah rumah lunas.

b) Selain harus pergi bekerja, Cokro difitnah karena memasukkan bangkai kucing ke dalam kotaknya.

Suami : kucing mati!
(istri mendekat, memegang hidungnya dan melihat)
Suami : ini pasti Cokro. Kroooo ! Cokroooo!
Istri : Cokrooo !!!!!!

Kelas proletar (kelas bawah) menentang kelas atas (Majikan)
Cokro melakukan perlawanan terhadap para majikan. Cokro melawan perlakuan majikan terhadapnya secara diskriminatif. Cokro merawat pasien yang tidak mematuhi arahan majikan, dan pada akhirnya Cokro membunuh majikannya tersebut.

Hidup itu absurd dan tidak artinya bagi keberadaan kita. Hidup adalah tragedi yang absurd jika dilihat melalui lensa eksistensialisme Camus versus interpretasi Jean-Paul Sartre

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun