Dengan teori, peneliti akan memperoleh inspirasi untuk bisa memaknai persoalan. Agar peneliti tidak melakukan duplikasi dan replikasi dari penelitian sebelumnya, sehingga terlihat ada kontribusi dari penelitiannya maka peneliti harus membuat 'state of the art' dalam penelitian yang meliputi siapa saja hingga yang paling terakhir meneliti apa, di mana (jika penelitian lapangan), apa masalahnya, metode apa yang dipakai, dan dengan hasil apa (dapat menggunakan tabel) kemudian apa kontribusi/pembeda penelitian yang sedang dilakukan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Memang teori bukan satu-satunya alat atau bahan untuk melihat persoalan yang diteliti. Pengalaman atau pengetahuan penelitian terdahulu yang diperoleh lewat pembacaan literatur, mengikuti diskusi ilmiah, seminar atau konferensi, dan sebagainya bisa dipakai sebagai bahan tambahan untuk memahami persoalan secara lebih mendalam. Teori dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh. Karena tujuan utama penelitian kualitatif ataupun kuantitatif adalah untuk memahami gejala atau persoalan tidak dalam konteks mencari penyebab atau akibat dari sebuah persoalan lewat variabel yang ada melainkan untuk memahami gejala secara komprehensif, maka berbagai informasi mengenai persoalan yang diteliti wajib diperoleh. Informasi dimaksud termasuk dari hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai persoalan yang sama atau mirip.
Misalnya, jika seorang mahasiswa program magister atau doktor prodi manajemen ingin meneliti mengenai risiko dan teori struktur suku bunga, maka informasi dari mana saja, lebih-lebih dari hasil penelitian sebelumnya yang mirip dengan tema tersebut, wajib dikumpulkan. Informasi itu tidak saja dipakai sebagai bahan perbandingan untuk memahami persoalan yang diteliti, tetapi juga untuk menegaskan bahwa peneliti tidak melakukan duplikasi atau replikasi dari penelitian sebelumnya. Sebab, baik duplikasi maupun replikasi keduanya dianggap tidak memberikan kontribusi apa-apa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan penelitian memerlukan hal-hal yang baru (novelty) yang tentu tidak akan diperoleh dari duplikasi dan replikasi. Itu yang oleh para ahli sering disebut sebagai 'state of the arts' dalam penelitian yang meliputi siapa saja hingga yang paling terakhir meneliti apa, di mana (jika penelitian lapangan), apa masalahnya, metode apa yang dipakai, dan dengan hasil apa. Hal tersebutlah penelitian yang menghadirkan states of the arts didalamnya, dimana hasil penelitian belum pernah ada sebelumnya. Untuk kepentingan praktis agar memudahkan pembaca melihat posisi peneliti pada deretan tema sejenis, state of the arts dibuat dalam bentuk tabel dengan komponen-komponen tersebut.
Mengapa pada penelitian program magister ataupun program doktor memerlukan "state of the art"
Selain mempresentasikan kebaruan pada hasil penelitian, State of The Art pada penelitian mempunyai manfaat dan sifat penting lainnya, diantaranya adalah:
Dengan adanya State of The Art, peneliti akan memperoleh informasi mengenai masalah penelitian yang akan diteliti. Salah satunya adalah dengan membaca literatur atau penelitian terdahulu yang berhubungan, hal tersebut akan menjadikan peneliti lebih mudah memahami dan menganalisis masalah penelitian.
Membuktikan bahwa masalah penelitian yang sedang diteliti mempunyai hubungan atau relevansi, sehingga dapat melihat perkembangan ilmu pengetahuan sehingga terlihat alur proses perkembangannya.
Dengan adanya State of The Art penelitian yang dilakukan akan menunjukan pendekatan yang berbeda dalam menemukan sebuah solusi. Dengan bervariasinya pendekatan yang berbeda, peneliti bisa mengevaluasi pendekatan yang ada, dan menyadari hal yang perlu diperbaharui atau dikurang.
State of The Art juga bisa bermanfaat agar peneliti bisa mengetahui hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan rujukan dan yang tidak. Hal ini bertujuan untuk memastikan tidak terjadinya duplikasi, plagiarisme ide, dan redundancy penelitian.
Bagaimana membangun dan mengemukakan state of the art dalam sebuah penelitian
Bahwa setiap peneliti diharapkan untuk menulis bagian "State of the Art" atau tinjauan literatur sebagai bab pengantar, tetapi sebenarnya bagaimana membangun dan mengemukakan "State of the Art" dalam sebuah penelitian?