Halo, namaku Kezia Artha Winona biasa dipanggil Kezia. Aku merupakan siswi kelas 10 di SMA Negeri yang populer di kotaku dan aku memiliki cita-cita sebagai taruni. Aku memiliki sahabat yang bernama Shella, Angel, dan Renata. Mereka adalah teman semasa SD ku yang sekarang aku satu sekolah lagi dengan mereka. Mereka juga sering untuk menemani aku untuk berlatih.
Di hari Jumat sore setelah pulang sekolah...
"Kalian besok mau ikut aku latihan ga?" Tanyaku.
"Ayo aku ikut!! Ditempat biasanya kan?" Ujar Shella.
"Iya kayak biasa sama jamnya juga ya" Jawabku.
"Oke gas Kez!" Kata Shella, Angel, dan Renata menjawab bersamaan.
Keesokan harinya....
"Hai guys, tumben ya ga ada yang ngaret ahaha" Ujarku.
"Hehe iya dong udah persiapan ini biar ga telat" Jawab Renata lalu Angel dan Shella hanya menganggukkan kepalanya.
"Yaudah ayo kita pemanasan dulu terus mulai latihannya" Kataku.
"Siap komandan!!" Jawab Shella, Angel, dan Renata dengan semangat.
Saat siang hari...
"Guys makan dulu yuk perutku udah bunyi nih" Kata Angel. Aku dan yang lain tertawa.
"Iya iya ayo kita makan" Kata Renata.
Saat makan kami mengobrol dengan santai, lalu Angel bertanya kepadaku "Eh Kez, kenapa kok kamu ngajak kita latihan terus sih, kadang juga kalo kita ajak hang out juga kadang ga bisa ikut cuma buat latihan, terus kamu kalo latihan juga semangat banget gitu".
"Aku ngajak kalian biar aku ada temen sama biar kalo latihan ga terlalu jenuh atau bosen, aku latihan terus biar aku bisa jadi taruni yang aku impiin dari kecil" Jawabku.
"Oh kamu mau jadi taruni keren banget" Kata Angel.
"Ih kok kamu baru tau sih Ngel kalo Kezia mau jadi taruni" Kata Shella.
"Bukan ga tau ih aku.... lupa" Jawab Angel sambil tersenyum.
"Iya deh iya" Jawab Shella sambil tertawa bersamaku dan Renata.
"Yaudah yuk pulang, udah mulai panas nih" Kata Renata
"Yuk!" Jawabku, Shella, dan Angel.
Satu minggu kemudian...
Bel tanda istirahat berbunyi, semua teman-temanku pergi ke kantin ataupun memakan bekal mereka, sedangkan aku menyelesaikan tugas. Tak lama kemudian, Shella datang ke kelasku dan menghampiriku.
"Kez, besok latihan nggak? Kalo iya kubilangin ke yang lain" Tanya Shella.
"Um, buat besok sampai minggu ga usah dulu deh" Jawabku.
"Kok tumben banget, biasanya tiada hari tanpa latihan" Kata Shella.
"Soalnya aku lagi banyak tugas Shel, ini aja belum selesai belum lagi tugas yang lainnya" Kataku.
"Oh yaudah deh, semangat ya ngerjainnya, mau ku bantu kah?" Tanya Shella.
"Ga usah Shel, aku bisa ngerjain sendiri aja" Kataku sambil tersenyum ke Shella.
"Kemana yang lain?" Tanyaku.
"Ga tau, pada ga aktif semua wa nya" Kata Shella.
"Oh gitu ya yaudah deh" Kataku sambil lanjut mengerjakan tugas sambil ditemani Shella. Tak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi Shella pun kembali kekelasnya lalu pelajaran dimulai seperti biasa hingga pulang.
Setelah hari itu tugas-tugas selalu ada setiap harinya sampai aku tidak sempat untuk latihan dan temanku pun agak heran karena biasanya meskipun ada tugas aku masih bisa meninggalkannya dan menyempatkan waktu untuk latihan. Seiring berjalannya waktu, tugas-tugas ini mulai berkurang dan akhirnya aku bisa berlatih lagi. Aku beberapa kali mencoba untuk berlatih tanpa teman-temanku, tetapi saat di pertengahan latihan aku selalu berhenti karena tidak kuat. Semakin kucoba untuk meneruskan itu malah semakin membuat sakit bagian bagian kaki dan lengan apalagi nafasku yang mulai pendek ini. Aku ingin mencoba terus untuk berlatih tetapi tugas sekolahku mulai bertambah lagi hingga sebelum kenaikan ke kelas 11.
Setelah kenaikan kelas, pada minggu-minggu awal biasanya hanya perkenalan materi dan jika ada tugas pun tidak banyak. Aku memanfaatkan saat-saat itu untuk berlatih, tetapi tetap saja rasa sakit pada lengan dan kakiku ini terus kembali dan juga nafasku mulai habis sehingga membuatku berhenti di pertengahan latihan. Lama kelamaan aku mulai stres, menjadi pendiam, jarang makan, dan selalu mengurung diri di kamar.
Suatu hari...
Mama mengetuk pintu kamarku lalu memanggilku "Kezia ayo makan dulu, kamu dari pulang sekolah belum makan loh nanti sakit".
"Nggak ma, Kezia ga laper, mama makan duluan aja" Jawabku.
"Kamu ga kenapa-napa kan?" Tanya mama.
"Kezia gapapa kok" Jawabku.
"Yaudah, kalo kamu ngerasa laper langsung makan loh ya, makanannya ada di meja makan kalo mau makan diangetin dulu ya" Kata mama.
"Iya ma" Jawabku singkat.
"Kalo kayak gini terus gimana nanti aku bisa jadi taruni" Aku berkata pada diriku sendiri sambil menangis dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara saat menangis agar mama tidak mendengarnya, ternyata mama mendengarku menangis dan bertanya kepada teman-temanku tentang apa yang terjadi padaku tetapi teman-temanku tidak mengetahui itu karena aku tidak memberitahu mereka dan mereka juga memberitahu mamaku tentang sudah jarangnya aku berlatih. Setelah mama mengetahui itu, mama memberitahu papa dan kakakku apa yang terjadi, sampai membuat kakakku yang ada di luar kota datang kerumah hanya untukku.
Sesampainya kakakku dirumah....
"Kezia kakak boleh masuj ga, kakak mau ngobrol sana kamu" Panggil kakakku.
"Sebentar kak" Jawabku. Aku pun berjalan menuju pintu kamarku lalu membukanya untuk kakakku lalu kakakku masuk kekamarku dan mengajakku duduk di atas kasur.
"Kezia kenapa? Ada masalah ya? Kamu sampai kurus gini" Kata kakakku sambil mengelus kepalaku.
"Kayaknya Kezia ga bisa jadi taruni deh kak" Kataku. Tanpa kusadari air mataku menetes dan kakakku memelukku untuk menenangkanku.
"Kata siapa Kezia ga bisa, ga boleh bilang gitu belum juga tes nya" Kata kakakku.
"Kezia udah nyoba latihan tapi selalu berhenti di tengah-tengah latihan, udah ga kuat" kataku sambil menangis tersedu-sedu. Tak lama setelah itu teman-temanku dan orang tuaku juga ikut masuk kekamarku untuk tahu apa yang terjadi.
"Ayo kita coba lagi, kalo masih ga kuat buat hari ini kita bisa lanjut latihan lagi besok oke?" Ajak kakakku.
"Tapi kalo ga bisa gimana?" Tanyaku sambil berusaha menghentikan tangisanku.
"Kan belum dicoba lagi. Ayo kita usaha dari awal lagi. Semuanya itu bertahap ga ada yang instan, jadi kalo kita coba terus kemungkinan Kezia bisa ngelakuinnya lebih besar. Semua itu cuma perlu waktu dan adaptasi. Kamu udah lupa ya, proses tidak akan mengkhianati hasil. Jadi kita usahain dulu kita coba dulu baru kita lihat hasil dan jangan terlalu cepat puas kalo kamu udah dapetin hasil yang kamu inginkan, kamu harus tetep ngelakuin apa yang udah kamu lakuin sebelum kamu dapet hasil itu" Kata kakakku menjelaskan.
"Iya Kez ayo kita latihan lagi, kamu pasti bisa kok" Kata Angel menyemangatiku.
"Bener, ayo kita latihan bareng lagi kita bakal nemenin kamu kok" Kata Shella.
"Iya kita selalu dukung kamu Kez" Kata Renata.
"Lihat kan, kamu ga sendiri kalo ada apa-apa cerita ya ke kita, kita selalu ada buat Kezia" Ujar kakakku.
"Iya. Makasih semuanya" Kataku.
Mama dan papa menghampiriku lalu memelukku lalu kakak dan teman-temanku pun ikut memelukku sambil berkata "Kita semua sayang sama Kezia". Kata-kata itu membuatku semakin percaya bahwa aku bisa. Setelah berpelukan mama menyuruh kita semua untuk makan bersama dan kami bercerita sambil tertawa bersama.
2 tahun kemudian...
Aku sudah mengikuti tes itu dan aku lolos. Aku sangat senang dan semuanya pun begitu. Saat mereka tau aku lolos tes itu, mereka langsung memelukku dan mengatakan selamat kepadaku. Benar apa kata kakakku, kita hanya perlu untuk berproses duku dan tidak memikirkan hasil karena jika proses itu sendiri bagus maka hasil yang didapat pun juga akan bagus. Dan sekarang aku sedang menjalani pendidikan sebagai taruni. Terimakasih semuanya, tanpa kalian aku tidak akan bisa melakukan ini semua. Aku sangat menyayangi kalian semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H