Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Menuju Singgasana Khalifah Panatagama Di Mataram

16 November 2018   17:36 Diperbarui: 17 November 2018   10:08 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Saya masih lihat-lihat hingga sampai ke sendang putra dan putri. Langkah saya akhirnya berjalan menyusuri sendang putra sampai ke sumur, ada timba yang sudah terisi air. Airnya begitu jernih tak tahan akhirnya sedikit membasuh muka. Tapi jangan disangka di situ biasa saja, ada banyak dupa dan bunha-bunga mawar, seperti baru ditaburkan. Saya lanjutkan melihat area pemandiannya yang sekarang diisi oleh ikan-ikan lele yang besar-besar ada yang bule ada pula yang lele hitam dumbo, namun sepertinya makanannya kembang mawar dan melati, pikirku sendiri. Karena banyak bunga mawar melati disitu.

Saya gak berani masuk pemandian putri akhirnya kembali ke area depan makam dan bertanya disana. Setelah tahu adab dan bayar sewa pakaian jawanya akhirnya saya bareng dengan rombongan dari Jawa Timur 2 putri, 1 putra ditambah saya dan 1 orang juru kunci. Kami berlima masuk ke area makam.

Tidak lupa saya uluk salam assalamu'alaikum ya ahlal kubur, insyaallah saya juga akan menyusul kalian menghadap ALLAH SWT. Kemudian kami melangkah menuju bangunan sebelah utara, melewati jalan setapak dipinggir makam, hingga sampai ke prasasti bangunan kemudian ke bangunan makam dan masuk ke dalam. Subhanallah begitu banyaknya makam-makam di dalam sini, dengan batu-batu marmer besar setinggi pinggul dan jaraknya begitu dekat.

Kemudian kami menuju ke makam paling utara, jarak antar batu nisan begitu sempit. Sehingga kami harus hati-hati dan bejalan satu demi satu berurutan. Sesampai di ujung utara, juru kunci menjelaskan ini Makam Panembahan Senopati, yang ini istrinya dan ini juga, sambil menyebutkan namanya. Dan yang ini nisan putra Panembahan Senopati yang bergelar Sultan HB II atau Sultan Hanyokrowati ayah dari Sultan Agung Hanyokrokusumo. (Semoga saya tidak salah menyebutkannya...nanti saya koreksi jika salah ). Dan beberapa makam lainnya dijelaskan oleh juru kunci makam.

Kemudian juru kunci meninggalkan kami dan kami masing-masing berdoa. Sebagai seorang muslim maka saya/kami mengirim bacaan Al Fatihah, dan doa untuk orang yang sudah meninggal. ALLAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA'AFIHIWA'FU'ANHUM ALLAHUMMA LATAHRIMNA AJROHUM WALATAFTINNABA'DAHUM WAGHFIRLANA WALAHUM.

Setelah selesai berdoa, karena saya ada didepan nisannya almh istri Sultan HB I kalau tidak salah bernama Ratu Kalinyamat, maka saya usap nisannya dan saya bacakan lagi al fatihah dan doa untuknya.

Saya teringat dengan seseorang yang bersumpah atas kematian suaminya, hingga akhirnya bisa terbalaskan atas bantuan Sultan Pajang (Sultan Hadiwijaya/Mas Karebet/Joko Tingkir), Ki Ageng Pemanahan, Ki Juru Martani dan putra angkat Sultan Pajang yang juga putra dari Ki Ageng Pemanahan yaitu Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya).

Setelah selesai berziarah kemudian kami keluar, dan kamipun sambil berjalan menuju ke luar bertanya jawab seputar makam-makam ini. Pertanyaan saya pertama bagaimana bisa makam ini ditemukan dan siapa yang pertama kali mengatahuinya bahwa di sini makam Panembahan Senopati beserta keluarga dan kerabatnya?

Kemudian juru kunci menjelaskan dan menunjukkan prasasti bertuliskan huruf Jawa yang ada di depan bangunan makam. Bangunan makam itu juga menurut juru kunci yang ada di singgasana keraton adalah kamar tidur Panembahan Senopati.

Banyak sebenarnya tanya jawab kami dengan juru kunci. Namun pertanyaan terakhir saya sebelum pintu gerbang keluar sekaligus pertanyaan terakhir kami di situ. Maaf untuk makam Ki Ageng Mangir apakah juga di sini? Kemudian juru kunci menjawab ada di sini tepatnya tadi yang sebagian di luar kamar makam Panembahan Senopati, dan sebagian nisannya di dalam.

dokpri
dokpri
Karena sudah hampir sampai pintu ke luar saya mengiyakan saja, karena hal itu juga tidak pas untuk diceritakan berulang-ulang. Saya menyebutnya itu adalah aib kerajaan Mataram. Akhirnya kami kembali ke bangunan di awal di timur gapura makam. Saya berwudhu kemudian melepaskan baju surjan beserta jarit, dan blangkon. Saya kembalikan kepada juru kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun