Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Meniti Kehidupan di Antara Riba dan Fatwa

12 Oktober 2015   11:07 Diperbarui: 16 Oktober 2015   16:47 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber ilustrasi : www.bogatika.com"][/caption]

 

Seorang pemuda tampan berwajah cerah bersih perawakan sedang tidak kurus tidak gemuk dengan bobot kira-kira 65 kg dan tinggi badan sekitar 165 kg terlihat asik menggunakan treadmill disebuah pusat gym atau pusat kebugaran. Badannya yang terlihat atletis dan sedikit berotot menampakkan bahwa dirinya suka menjaga kebugaran tubuhnya. Senyumnya tipis sesekali terlihat dari wajahnya yang nampak berseri-seri dengan keringat yang sesekali diusap dengan lengannya dari wajahnya. Meskipun ada handuk tergelantung di pundaknya seolah dia lupa bahwa handuk itu bisa digunakannya untuk menyeka keringat yang sedikit itu.

Setelah sekitar 30 menit berlari di treadmill pemuda tampan itu berhenti dan duduk sambil menyeka dengan handuk keringat yang ada. Tidak beberapa lama terdengar suara yang terlihat dari jauh, dari wajah pemuda itu nampak tidak asing mendengarnya,

"Pagi Dodi?, sudah lama?"

pemuda itupun sambil mempersilahkan wanita yang barusan datang untuk duduk disebalahnya sambil berkata

"Sudah lama bingit, ni handuk hampir habis buat menghapus keringat".

 

Kemudian wanita yang barusan duduk disebelahnyapun menjawab:

"Maaf tadi harus ke bank dulu, kirain cepet tapi ternyata antrinya panjang"

"Sekali lagi maaf ya, besok aku janji gak lupa bawa HP"

"Tadi HPku aku charging trus gak aku bawa"

 

Dengan senyum ramahnya pemuda itu membalas dengan ucapan

"lupakan saja, gak apa-apa"

"aku cuma bercanda, baru juga selesai satu set di treadmill sekitar 30 menit, belum lama"

"kamu tadi bilang dari bank ya, bank mana?"

 

Wanita yang ditanya itu kemudian terlihat tersenyum, dan memperhatikan wajah Dodi yang dibagian dagunya tumbuh jenggot panjang satu genggaman tangan yang dikucir pakai satu gelang karet kecil terlihat nambah ganteng. Sambil membenahkan duduknya wanita yang sehari-hari bekerja di salah satu perbankkan itupun menjawab:

"Tadi sebelum kesini aku menabung dulu, buat investasi masa depan, gitu"

 

Mereka terlihat sudah akrab, dan wanita yang bersama Dodi adalah teman kuliah waktu di fakultas FMIPA. Mereka sudah jarang ketemuan, paling ketemuan cuma chatting di FB atau saling berbalas komentar di kompasiana. Baru kali itu mereka ketemuan atau kopdar (kopi darat) sehingga wajar ada sedikit kekakuan diantara mereka.

Dodi sendiri memang dari sejak kuliah dikenal suka bercanda, namun juga suka serius jadi kadang-kadang teman-temannya sulit membedakannya, dia sedang bercanda apa serius. Sebut saja wanita itu Wati, seorang perempuan yang tingginya kurang lebih 160 cm dengan tubuh yang langsing sedikit agak gemuk, ya bobotnya kurang lebih 60 kg atau kurang dikit. Tapi gak langsing-langsing amat yang kalau berjalan bisa terbang kebawa angin hehehe.

Pembicaraan mereka berlanjut dikantin atau bisa dibilang cafe gym, karena disitu masih bagian dari areal gym dengan menu-menu yang menyehatkan. Ada air putih, air lemon, jus buah, jus sayur dan makanan ringan yang juga menyehatkan tentunya. Mereka memesan 2 air putih dan tempat duduk yang dekat dengan area persawahan dan kolam ikan, dengan hidangan buah mangga 1 porsi dan ubi rebus 1 porsi.

Dodi melanjutkan pembicaraannya dengan maksud dan tujuannya mengajak ketemuan. Namun belum sampai dia mulai bicara, Wati mendahului pembicaraan:

"Kamu mau buka usaha trus ingin saya bantu kamu mengajukan pembiayaan kebank syariah tempatku bekerja?"

Dodi : "Gak, aku tu mau beli semua saham bank kamu kira-kira berapa harganya?"

Wati : "Gak nyambung, dasar jaka sembung, loe emang gak berubah ya sejak kuliah sampai sekarang umur dah kepala 3 masih juga jaka sembung, gak nyambung Dod dan gak lucu"

Dodi : "Beneran ti, cuma aku gak punya uangnya apa mungkin uangnya aku pinjam dari bank kamu juga, hahahaha"

Dodi : "Ni ya sebenarnya aku tu mau tanya ke kamu soal kerjaan yang ditawarkan ke aku kemarin untuk menawarkan pembiayaan kepada para purnawirawan/pensiunan dari bank syariah kita"

Wati : "Bukannya kemarin dah selesai training, apa lagi yang belum jelas? bukannya ditanyakan kemarin malah tanyanya sekarang, dasar jaka sembung"

Dodi : "Biar jaka sembung yang penting anti imperialisme dan kolonialisme sista"

Dodi : "Gini lho aku mau berhenti"

Wati : "Maksud kamu kita bahas topik yang lainnya, gitu?"

Dodi : "Bukan, aku tu mau berhenti untuk bekerja menawarkan pembiayaan syariah itu, saya gak tega. Saya menilai itu salah satu bentuk riba yang diambil dari nasabah oleh bank. Padahal kita digaji oleh bank, maka aku menilai gaji kita, juga bagian dari uang hasil mengambil riba"

 

Wati terdiam sebentar dilihatnya pemuda yang memang masih belum menikah itu, padahal dia sudah punya 2 anak yang sudah sekolah SD bahkan hampir akan lulus SD anak pertamanya tahun depan. Dilihatnya wajah Dodi yang terlihat serius tanpa senyum yang sekali-kali dilihatnya Dodi mengambil ubi mengupasnya dan memakannya sambil menunggu jawaban dari Wati.

Wati : "Untuk masalah riba itu sudah selesai di MUI (Majelis Ulama Indonesia) Dod, ikuti saja fatwa MUI kita gak usah berpendapat sendiri. Aku tahu kamu juga suka belajar agama, namun kapasitasnya masih jauh kan dibawah mereka yang diberikan beban untuk mengeluarkan fatwa. Jadi kamu pikirkan lagi deh keputusanmu, jangan hanya karena kamu punya pendapat sendiri tentang riba kemudian kamu mau berhenti bekerja di bank syariah kita"

Wati : "Apalagi kamu belum memulainya sama sekali baru juga selesai training, itupun cuma via email. Karena kamu direkrut langsung oleh BOSnya otsourching yang menyalurkan karyawan ke bank syariah kami."

Dodi : "Ayo sambil dimakan ubinya"

Dodi : "Aku sudah mempelajarinya dan membuat catatan kecil tentang riba, dan saya lebih cenderung tidak setuju dengan fatwa dari MUI ataupun DSN (Dewan Syariah Nasional). Bukan juga aku bermaksud sombong atau menghakimi bahwa uang yang beredar diperbankkan saat ini cenderung haram. Saya hanya ingin menghindari hal itu, kalaupun itu halal ya sudah mungkin itu bukan riskiku."

bersambung............

 

NB. Ini hanyalah cerita fiksi apabila ada kesamaan nama, tempat dan yang lainnya itu artinya hanya kebetulan semata, selamat sejahtera, semoga sukses

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun