Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempertanyakan Kepemimpinan Umar Bin Khattab (4)

18 Agustus 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Umar RA dalam sebuah film yang melibatkan pemain dari banyak negara (10 Negara) tidak hanya menuai gembira namun juga protes.  Namun bukan hal penting menanggapi protes tentang boleh dan tidaknya memberikan visualisasi sahabat Rasulullah Muhammad SAW, yang lebih penting adalah bagaimana isi dari visualisasinya. Pada kisah ke 3 dari artikel ini Umar RA Amirul Mukminin sekaligus menjadi hakim dan meminta pembagian tugasnya sebagai hakim dengan Ali RA, untuk membantu tugasnya sebagai Amirul Mukminin. Pada kisah yang ke-4 ini saya akan melanjutkan dengan sebuah protes masyarakat atas kebijaksanaan Umar RA dalam mengemban tugas sebagai Amirul Mukminin (kholifarurrosulullah ke 2). Kebijakan Umar RA yang memilih hidup sederhana, bahkan dirinya sendiri hanya minta 2 potong jubah untuknya dari baitul mall dan mungkin juga kebijakan untuk syiar Islam ke negeri-negeri yang belum menerima Islam. Ternyata mengakibatkan rakyat yang dipimpinnya cukup merasakan kekurangan. Pada suatu waktu Umar RA senantiasa berjalan kaki untuk melihat keadaan rakyat. Beliau RA menemukan seorang ibu yang sedang masak dan anak-anaknya sedang menangis di tenda. Kemudian Umar yang seringkali didampingi oleh seorang sahabat (seorang pengawal saja), merasa iba. Dan Umar ra mendekati ibu itu kemudian bertanya: Wahai ibu kenapa anakmu menangis? Ibu itu menjawab mereka lapar, dan Umar ra kembali bertanya: apa yang sedang kamu masak? Ibu itu menjawab: saya masak batu, untuk mengelabui mereka karena tidak punya makanan untuk dimasak. Ibu itu juga mengatakan bahwa Amirul Mukminin tidak adil dalam memerintah negerinya. Mendengar jawaban ibu itu, Amirul mukminin menangis dalam hati dan mengatakan kepada ibu itu agar menunggunya kembali lagi ke situ. Umar ra didampingi pengawalnya segera bergegas menuju baitul mall dan mengambil kantong yang berisi perbekalan makanan untuk dimasak. Bekal makanan itu Umar RA angkat dan bawa sendiri sampai kepada ibu tadi. Bahkan saat pengawalnya memintanya agar bekal itu dia bawa, Umar RA mengatakan Apakah Engkau akan menanggung beban Umar nanti di akhirat. Akhirnya pengawalnyapun tertunduk lesu dan sedih karena Umar RA membawa bekal itu sendiri di pundaknya dalam perjalanan yang cukup jauh. Sampai di tenda ibu itu Umar RA kemudian mengambil semangkok gandum dan beliau masak. Beliau ajarkan kepada Ibu itu caranya memasak yang benar, yakni dengan menaburkan gandum itu sedikit-demi sedikit sambil diaduk-aduk hingga tanak. Tidak dimasukkan sekaligus. Setelah tanak maka Umar RA mengambilkannya untuk dimakan anak-anak dari ibu itu, sambil berkata, apabila Engkau membutuhkan sesuatu pergilah ke Umar Amirul Mukminin, senantiasa Umar akan membantumu. I don't saw the leaders in Indonesian state stong and bring with the hand to their people alone, without the left of hand know. Realy i was not in believe with the leaders in Indonesian State until know. Are you fill like this too? I think YES. So late be have a good leaders to Indonesian State soon. When if not know?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun