Mohon tunggu...
Dodi Muthofar Hadi
Dodi Muthofar Hadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manjadda Wajadda

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus puluhan bahkan ribuan kepala"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negara Tanpa Batas Geografis

17 November 2009   00:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:19 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumnya sebuah negara memiliki batas geografis, namun dalam dunia maya ini ada negara yang tidak memiliki batas geografis. Negara itu saya berinama negara Internet. Di negara internet masing-masing memiliki kesamaan dalam menggunakan hak dan kuajibannya hanya tidak memiliki presiden. Negara tanpa batas geografis ternyata lebih menarik dari pada negara dengan batas geografis.

Mari kita lihat negara dengan batas geografis dan yang terjadi didalamnya. Dalam negara dengan batas geografis ada kerakusan pemimpin negara untuk mencaplok negara lain yang sudah merdeka. Bahkan di negara yang bernama Indonesia sekarang ada penangkapan oleh yang dinamakan pengungsi Afghanistan atau ada yang menyebutkan sebagai pencari suaka. Negara Indonesia ini mengikuti kumpulan negara yang bernama ASEAN, KTT, dan PBB namun agendanya tidak serius-serius amat. Penanganan pengungsi atau pencari suaka juga menjadi kendala bagi negara-negara dengan batas geografis ini. Di negara Indonesia ada urusan UNHCR bagian dari PBB yang mengurusi pengungsi dan ternyata juga tidak selesai juga.

Negara Indonesia seolah-olah lupa kalau dia baru saja diserang Gempa Bumi bertubi-tubi dan bantuan yang sampai kemasyarakatnya juga ada yang berasal dari Luar Negeri. namun sekarang di saat dihadapkan dengan pengungsi dari luar negeri yang masuk ke wilayah Indonesia tidak memberikan bantuan dan tidak memiliki jalan penyelesaiannya.  Berita di surat kabar di Indonesia, bahwa para pengungsi yang memenuhi persyaratan akan diberikan uang sebesar UMP DKI, namun tidak boleh bekerja di wilayah Indonesia.

Saya ingat di saat penduduk Madinah berbondong-bondong mencari Nabi Muhammad saw di Makkah, mereka kemudian mereka disuruh kembali dengan keyakinan sebagai seorang Muslim. Karena pada saat itu Nabi Muhammad saw bukan pemimpin Makkah. Sedangkan di saat Salman Al Farisi mencari beliau di Makkah dia diterima sebagai seorang mualaf dan hidup bersama Nabi di Makkah. Dan bagaimana penduduk Makkah yang lari dari kejaran kaum kafir Qurais kemudian diterima dan diberikan hak untuk bekerja di Madinah oleh pemimpin Madinah. Dan begitu pula saat kaum muslim pergi ke Habasyah juga diterima dengan baik meskipun pemimpin habasyah tidak menganut Islam.

Siapa pemimpin negara Indonesia ini, sehingga membiarkan pengungsi muslim tidak dihormati? Muslimkah? atau berkedok muslim? Di berita surat kabar ini polisi meminta uang kepada pengungsi Afghanistan. Negaraku tidak seperti ini, aku tidak ingin negaraku jadi seperti ini!

Kepada kaum revolusioner saya ingin negara kita juga berhati dermawan, bukan berhati hewan. Siapapun pemimpin negara ini saya inginkan untuk menjadikan negaraku ini dermawan, jangan jadikan negeri hewan. Sudah cukup buaya dan cicak saja, dan tidak perlu diteruskan.

Semoga mereka yang berniat membantu para pencari suaka dari negara-negara yang sedang konflik diberikan kebahagiaan di dunia dan diakhiratnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun