Pulang ke rumah bersama keluarga adalah perasaan yang paling alami dan nyaman, dan juga merupakan tempat di mana seseorang dapat menemukan kebahagiaan sejati. Kehidupan seorang anak sangat dipengaruhi oleh keluarganya. Meski demikian, banyak anak yang tidak merasakan kegembiraan saat bersama kerabatnya. Bertentangan dengan anggapan umum, banyak anak mengalami kesedihan dan depresi di dalam keluarga mereka sendiri, yang sering kali dianggap sebagai lingkungan paling aman. Keluaran :, apa alasan dibalik kalimat tersebut?
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) tahun 1995, keluarga cemara dibentuk atas dasar perkawinan yang sah, bertaqwa kepada Tuhan, dan mampu memenuhi kebutuhan rohani dan materiil untuk hidup layak. Terdiri dari lebih dari satu orang dan mewujudkan hidup berdampingan secara harmonis, hubungan yang serasi dan seimbang antara keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
Keluarga juga merupakan tempat di mana setiap orang dapat menyuarakan kekesalannya terhadap permasalahan yang dihadapinya. Konflik dalam keluarga dapat menyebabkan perselisihan keluarga dan krisis keluarga, yang dapat diringkas dengan istilah “Broken Home”.' Situasi krisis keluarga dapat merugikan banyak orang yang terlibat, terutama anak-anak. Salah satu penyebab perilaku menantang dan buruknya kesehatan mental pada anak dari lingkungan rumah yang sumbang adalah lingkungan rumahnya.
Peran keluarga sangat penting karena sangat penting bagi kehidupan manusia. Keluarga dapat menambah kebahagiaan, kenyamanan dan kehangatan dalam hidup seseorang. Hanya melalui peran keluargalah manusia dapat memiliki tujuan hidup dan bahagia. Karena pentingnya kedudukan keluarga, tidak diragukan lagi menjadi jaminan keberlangsungan kebahagiaan dalam kehidupan pribadi seseorang.
Broken Home sendiri merupakan istilah yang menggambarkan hubungan keluarga yang rusak, atau keluarga yang tidak harmonis Salah satu penyebab dampak negatif terhadap hubungan keluarga biasanya disebabkan oleh buruknya hubungan antara suami dan istri. Renggangnya hubungan antar pasangan menjadi titik awal konflik keluarga.
Hubungan jangka pendek sering kali diakibatkan oleh pertengkaran dan perselisihan antara dua pasangan. Rumah tangga yang berantakan sering kali disebabkan oleh perselisihan antara dua pasangan, sehingga menimbulkan agitasi dan pertengkaran. Inilah poin pertama yang menjadi penyebab rusaknya hubungan keluarga.
Hubungan keluarga yang awalnya harmonis tiba-tiba runtuh karena keegoisan kedua pasangan. Secara keseluruhan, faktor penyebab kerusakan suatu rumah terjadi baik dari luar maupun dari dalam. Konflik muncul ketika kedua pasangan tidak memegang teguh nilai-nilai keharmonisan yang awalnya mereka anggap sebagai janji kesuksesan sebagai pasangan.
Faktor penyebab rusaknya hubungan dalam keluarga tidak hanya muncul dari pengaruh luar, tetapi seringkali juga dari dalam keluarga. Pengalaman menyenangkan bagi anak antara lain dukungan dari keluarga dan teman untuk meningkatkan semangat anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, anak merasa lebih bahagia ketika bertemu dan berinteraksi dengan keluarga dan teman. Konflik umumnya muncul akibat kurang efektifnya komunikasi antara dua pasangan, seperti prasangka dan asumsi yang menimbulkan pertengkaran dalam keluarga.
Tidak hanya itu, kurangnya rasa tanggung jawab sebagai suami dan istri dalam menjalankan perannya masing-masing dalam keluarga juga menjadi permasalahan utama yang menyebabkan rusaknya hubungan keluarga. Karena aspek keluarga yang bermasalah ini, anak-anak dalam keluarga juga mengalami gangguan perkembangan sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Karena di rumah, anak sudah sewajarnya bergantung pada kasih sayang orang tuanya agar bisa tumbuh menjadi orang baik. Pendidikan yang diterima anak dari orang tuanya meliputi aspek perilaku, etika, cara berinteraksi dengan orang lain, dan spiritualitas diri sendiri.
Menurut para ahli, setiap anak pasti membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Hal ini didasarkan pada spiritualitas dan nilai-nilai moral anak, yang didasarkan pada ajaran yang diberikan orang tua kepada anaknya. Dengan kata lain, perpecahan keluarga merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan rohani anak. Anak-anak yang seharusnya bahagia dan aktif mungkin disibukkan dengan konflik keluarga dan mungkin tidak menerima kasih sayang dari orang tuanya atau diperlakukan buruk oleh orang tuanya. Hal ini menghambat perkembangan mental anak dan menimbulkan dampak negatif baik secara mental maupun perilaku.
Perpecahan keluarga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional anak dan cara dia menyikapi suatu hal juga dipengaruhi oleh gejolak yang diakibatkan oleh pengaruh Broken Home ini. Namun di sisi lain, anak mempunyai reaksi tersendiri, seperti pertengkaran dalam keluarga. Dampak dari rumah tangga yang rusak dapat dikelola oleh bagaimana individu meresponsnya.