Mohon tunggu...
Muthi Atillah
Muthi Atillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dampak Kecanduan Bermain Game pada Anak-Anak dan Ancaman terhadap Permainan Tradisional

28 November 2024   19:02 Diperbarui: 28 November 2024   19:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak-anak yang terlalu sering bermain game cenderung mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah. Hal ini disebabkan oleh otak mereka yang terbiasa dengan stimulasi game, sehingga sulit untuk fokus pada aktivitas yang lebih lambat seperti belajar.

2. Perubahan Emosi

Anak-anak yang kecanduan game sering kali menunjukkan perubahan emosi yang drastis. Mereka mudah frustrasi atau marah ketika tidak diizinkan bermain. 

3. Ketergantungan Sosial pada Dunia Maya

Interaksi sosial dalam game online sering kali menggantikan interaksi langsung dengan teman sebaya atau keluarga. Akibatnya, anak-anak kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di dunia nyata.

Peran Orang Tua dan Undang-Undang Terkait

Mengingat dampak yang begitu besar, orang tua memiliki peran penting dalam mengatasi kecanduan bermain game pada anak-anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

Membatasi Waktu Bermain

Orang tua harus menetapkan batasan waktu bermain game. Misalnya, anak-anak hanya diizinkan bermain selama satu hingga satu jam sehari setelah menyelesaikan tugas sekolah dan aktivitas lain. Hal ini juga sejalan dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dalam Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan.

Mengawasi Jenis Game yang Dimainkan

Tidak semua game buruk untuk anak-anak. Beberapa game edukatif bahkan bisa membantu meningkatkan keterampilan kognitif dan kreativitas. Namun, penting bagi orang tua untuk memilih game yang sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang ingin diajarkan. Hal ini juga didukung oleh UU ITE No. 19 Tahun 2016 (Revisi UU ITE), Pasal 45B, yang menyatakan bahwa penyedia layanan teknologi harus bertanggung jawab atas konten yang dapat berdampak buruk pada anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun