Anak-anak yang terlalu sering bermain game cenderung mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah. Hal ini disebabkan oleh otak mereka yang terbiasa dengan stimulasi game, sehingga sulit untuk fokus pada aktivitas yang lebih lambat seperti belajar.
2. Perubahan Emosi
Anak-anak yang kecanduan game sering kali menunjukkan perubahan emosi yang drastis. Mereka mudah frustrasi atau marah ketika tidak diizinkan bermain.Â
3. Ketergantungan Sosial pada Dunia Maya
Interaksi sosial dalam game online sering kali menggantikan interaksi langsung dengan teman sebaya atau keluarga. Akibatnya, anak-anak kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di dunia nyata.
Peran Orang Tua dan Undang-Undang Terkait
Mengingat dampak yang begitu besar, orang tua memiliki peran penting dalam mengatasi kecanduan bermain game pada anak-anak. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Membatasi Waktu Bermain
Orang tua harus menetapkan batasan waktu bermain game. Misalnya, anak-anak hanya diizinkan bermain selama satu hingga satu jam sehari setelah menyelesaikan tugas sekolah dan aktivitas lain. Hal ini juga sejalan dengan UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang dalam Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan teknologi informasi yang merugikan.
Mengawasi Jenis Game yang Dimainkan
Tidak semua game buruk untuk anak-anak. Beberapa game edukatif bahkan bisa membantu meningkatkan keterampilan kognitif dan kreativitas. Namun, penting bagi orang tua untuk memilih game yang sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang ingin diajarkan. Hal ini juga didukung oleh UU ITE No. 19 Tahun 2016 (Revisi UU ITE), Pasal 45B, yang menyatakan bahwa penyedia layanan teknologi harus bertanggung jawab atas konten yang dapat berdampak buruk pada anak-anak.