Sering ga sih kita denger mimpi-mimpi pemuda itu keren-keren?
Ada yang mau jadi presiden, menteri, gubernur, walikota dan jabatan lainnya..
Ada juga yang mau jadi pebisnis yang tajir melintir..
Ada juga yang mau berantas kemiskinan, menangani masalah di isu-isu sosial dan lingkungan..
HMM GA SALAH SIH.. Sekali lagi tidak salah. Tapi, dalam mempersiapkan hal tersebut sudahkah kita selesai dengan urusan kita?
Sebelum menjadi pemimpin untuk umat, sudahkah kita berhasil memimpin diri sendiri?
Sebelum mengatur jadwal rapat ini-itu, sudahkah kita mengatur jadwal diri kita untuk urusan pribadi? Misal mengerjakan tugas, mengatur alarm untuk bangun pagi, merapihkan kamar, merawat diri, dan hal lainnya. Memang aktivitasnya terlihat sederhana, namun dampaknya sangat besar loh!
Pemimpin dituntut untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain agar bertindak atau bergerak sesuai yang diinginkannya. Namun, apakah pemimpin tersebut dapat diikuti arahannya ketika anggotanya melihat bahwa ia tidak beres dalam mengatur urusan pribadinya, misal akademik jeblok, jarang pulang ke rumah, jarang telpon orang tua, kamar berantakan, penampilan tak terurus, dan lainnya. Sering loh aku temukan pemuda aktivis seperti ini. Padahal mereka punya mimpi besar mengubah dunia. Hmm
Sebelum menjadi pebisnis yang tajir melintir, sudahkah kita mengatur keuangan pribadi kita dengan baik? Mengalokasikan tiap rezeki yang kita miliki untuk pengeluaran sehari-hari sampai hal tak terduga. Jangan sampai kita justru boros dalam mengatur keuangan. Ga mau kan pengeluaran lebih besar daripada pemasukan?
Atau sudahkah kita memberi sebagian rezeki kita kepada orang lain yang membutuhkan? Latihlah rasa empati dan kebahagiaan dengan berbagi sebelum kita menerima..
Sebelum menjadi orang yang akan terjun di isu-isu tertentu misal sosial, lingkungan, hukum dan bidang lainnya, sudahkah kita menerapkan value kebaikan di bidang tersebut?