Area pertama dimana manusia dapat memilih tindakan-tindakannya adalah area ikhtiar, seorang muslim diwajibkan untuk melakukan ikhtiar/upaya terbaik dengan menggunakan semua potensi yang Allah berikan yakni akal, ruh dan jasad dengan tidak melewati batasan-batasan syariat yang sudah ditetapkan Allah (istilah dalam filsafat stoicismnya: behave virtuously). Manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan dilalui. Dengan menggunakan potensi akalnya, manusia akan mampu mengenali mana jalan yang benar dan yang salah. Kecenderungan bawaan (fitrah) akan selalu mengarahkan manusia pada jalan yang benar. Pilihan manusia inilah yang nanti akan dipertanggungjawabkan oleh manusia itu sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ ۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 105)
Ayat ini menunjukkan kewajiban manusia untuk bekerja dan berusaha. Dalam usahanya tersebut, benar-salah pilihannya Allah selalu mengetahui. Dan hasil upaya manusia tersebut dikembalikan, diserahkan kepada Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa untuk menetapkan hasil yang terbaik untuk makhluk-Nya. Ayat ini pula yang menghantarkan pembahasan kita pada area kedua: area takdir.
Area Takdir
Area kedua adalah area takdir atau ketetapan Allah dimana manusia tidak akan bisa mengendalikannya, sekuat apapun manusia berusaha. Contohnya dalam hal kelahiran manusia. Kita tidak mampu mengendalikan dimana kita akan dilahirkan, dengan warna kulit apa, dari suku bangsa apa, dan dari keluarga mana. Termasuk juga hasil dari upaya-upaya kita, yang seluruhnya ada di bawah kekuasaan Allah. Islam mengajarkan bagaimana cara kita mengantisipasi takdir, yaitu dengan tawakal. Berserah dan berpasrah.
Jika manusia mempermasalahkan hal-hal yang tidak bisa diubah, justru itulah yang akan menimbulkan masalah. Sehingga takdir yang ditetapkan Allah pada diri kita tidak akan diminta pertanggungjawabannya, namun respon kita terhadap takdir itulah yang akan dipertanggungjawabkan karena manusia mampu sepenuhnya memilih dan mengendalikan reaksinya terhadap takdir.
Salah satu takdir Allah adalah terbatasnya usia manusia, tidak ada satupun manusia di dunia ini yang kekal hidupnya. Namun batasan waktu itu dirahasiakan dari manusia agar manusia dapat mengupayakan hidup terbaik, mengoptimalkan ibadah di setiap waktu demi akhir hidup yang khusnul khatimah. Sehingga apa yang berarti dalam kehidupan bukanlah harta dan tahta melainkan amalan yang dilakukan selama hidup. Amalan yang sesuai dengan perintah Allah dan dijalankan dengan ikhlas.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!