Saya tidak mengetahui jika ada acara ziarah akbar yang diselenggarakan oleh PB Al-Khairiyah. Saya katakan pada kepala madrasah bahwa saya memang ada niatan untuk ziarah ke makam Brigjen  KH. Syam'un.
Pada siang tanggal 10 November tahun 2023, sekitar pukul 14.00 WIB, saya dan rombongan berangkat menuju makam Brigjen KH. Syam'un yang terletak di Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Di sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan pantai Anyer yang namanya sudah masyhur di dunia pariwisata di Indonesia.
Mobil yang kami tumpangi mulai masuk ke pemukiman padat penduduk yang berada di kaki Gunung Malang. Terlihat bendera Al-Khairiyah dan bendera Palestina berdampingan menyambut peserta ziarah akbar. Panitia mengarahkan kami untuk memarkirkan mobilnya.
Makam Brigjen KH. Syam'un terletak di bukit, dikelilingi makam-makam warga sekitar. Sebelum masuk ke cungkup makam. Kami rombongan mendengarkan sekilas sejarah Brigjen KH. Syam'un yang dikisahkan oleh anak keturunannya. Saya tak pernah bosan-bosannya mendengarkan sejarah hidup Brigjen KH. Syam'un.
Syam'un kecil lahir di Kampung Beji, Desa Bojonegara pada tanggal 5 April 1894. Brigjen KH. Syam'un masih keturunan KH. Wasyid, pemimpin perjuangan rakyat Cilegon pada tahun 1888. Sejak kecil, Brigjen KH. Syam'un telah didik ilmu agama oleh keluarganya. Pada tahun 1901-1904, Brigjen KH. Syam'un belajar di pesantren di Kampung Kamasan di bawah asuhan KH. Jasim.
Kegigihannya dalam menuntut ilmu tidak hanya sebatas isapan jempol. Bukan bualan belaka. Brigjen KH. Syam'un belajar hingga ke tanah Makkah dan Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Tahun 1916, Brigjen KH. Syam'un mulai merintis pesantren. Di tahun 1925, sepulang dari Cairo, merintis madrasah yang diberi nama Al-Khairiyah. Nama ini diambil dari bendungan yang berada di Sungai Nil, Mesir.
Brigjen KH. Syam'un memiliki santri generasi pertama yang loyal padanya. Para santri menjadi obor bagi masyarakat. Sebuta saja: KH. Ali Jaya (Delingseng), KH. Ahmad (Delingseng), KH. Muhammad (Nyamuk), KH. Moh. Nur (Kramatwatu), KH. Moh. Zein (Kramatwatu) dan lain-lain.
Lembaga pendidikan Islam ini memiliki pengaruh besar bagi perkembangan Islam di Cilegon dan sekitarnya. Lembaga Islam ini terus tumbuh. Tercatat pada tahun 1982 berdiri 417 cabang. Cabang-cabang menyebar ke wilayah Banten dan luar Banten.
Saat itu Al-Khairiyah berdiri di Citangkil (saat ini tempat itu berada di kawasan PT. Krakatau Steel). Al-Khairiyah pusat saat itu memiliki santri cukup banyak. Santrinya tidak hanya dari Cilegon saja, melainkan dari luar Cilegon (Jakarta, Palembang dan Lampung) berdatangan ke Al-Khairiyah untuk menimba ilmu.