Setiap tanggal 10 November, rakyat Indonesia memperingati hari Pahlawan Nasional. Tanggal itu diambil dari peristiwa bersejarah bangsa ini. Di tanggal tersebut, rakyat Indonesia, Khususnya rakyat Surabaya dengan gigih mempertahankan tanah tercintanya.
Peristiwa 10 November 1945 terjadi di Surabaya. Saat itu, pasukan sekutu mendarat di Pulau Jawa. Rakyat Indonesia yang baru memproklamirkan kemerdekaan tak ingin sejengkalpun tanahnya kembali diambil oleh penjajah.
Republik yang baru seumur jagung dan pembacaan proklamasi baru selang beberapa bulan meciptakan euforia di berbagai daerah di Indonesia. Rasa nasionalisme tumbuh kekar di hati dan di dada rakyat Indonesia. "Siapapun yang hendak mengambil dan mengusik kembali kedamaian negeri ini, hadapilah kami!" Begitulah kiranya jika berhadapan dengan rakyat Indonesia dan para pejuangnya.
Di berbagai daerah di Indonesia pertempuran mulai pecah. Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby (Pemimpin Brigade Infanteri India 49) pada 30 Oktober 1945 yang merupakan pemimpin Sekutu di Surabaya menjadi pemicu pertempuran 10 November 1945.
Dalam pertempuran 10 November 1945, menyebabkan ribuan rakyat Surabaya gugur. Terncatat hampir 2.000 orang tewas dalam pertempuran ini. Sebagian besar korban adalah warga sipil. Banyaknya rakyat Surabaa yang berjuang dalam pertempuran ini menjadikan 10 November sebagai hari pahlawan dan Kota Surabaya didaulat sebagai Kota Pahlawan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Sedangkan menurut  Ilham Rabbani dalam Sastra, Kedaruratan, Pahlawan: Timor-Timur dalam Cerita-cerita Seno Gumira Ajidarma (2022), mendefinisikan pahlawan sebagai orang-orang yang memiliki kekuatan besar dan terkenal karena mengeksploitasi keberanian untuk tujuan mulia.
Salah satu cara untuk menghargai jasa para pahlawan adalah dengan mengenal, mengenang dan mempelajari kisah hidupnya (mengambil ibrah). Di tahun 2023 ini saya berencana memperingati hari pahlawan nasional dengan cara berbeda. Saya berencana mengunjungi salah satu makam pahlawan nasional yang ada di Banten. Pahlawan itu bernama Brigjen KH. Syam'un.
Nama Al-Khairiyah dan KH. Syam'un tidak asing bagi saya dan keluarga di rumah. Sejak kecil saya selalu mendengarnya. Abah selalu bercerita bagaimana kehebatan dua nama itu. KH. Syam'un adalah seorang pemimpin kharismatis yang mendirikan lembaga pendidikan Islam bernama Al-Khairiyah.
Lembaga pendidikan Islam ini memiliki pengaruh besar bagi perkembangan Islam di Cilegon dan sekitarnya. Namun sangat menyedihkan, saya tak pernah berziarah dan berdo'a ke makam Brigjen KH. Syam'un. Bagi saya, itu sangat berdosa sekali. Â
Pucuk dicinta ulam pun tiba, pribahasa ini sangat tepat ketika Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah Karangtengah  mengajak saya untuk ikut dalam kegiatan Ziarah Akbar bersama Pengurus Besar Al-Khairiyah dan warga Al-Khairiyah di hari Pahlawan Nasional.