Mohon tunggu...
Muthakin Al Maraky
Muthakin Al Maraky Mohon Tunggu... Guru - Relawan di Komunitas Literasi Damar26 Cilegon

Tukang ngelamun yang mencintai buku

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Sekilas Sejarah Pelabuhan Merak

19 April 2023   21:33 Diperbarui: 22 April 2023   04:33 3424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepadatan Kendaraan Roda Empat di Pelabuhan Merak pada tanggal 19 April 2023 (sumber gambar: koleksi Muthakin al-Maraky) 

Bagimana sejarah Pelabuhan Merak yang cukup dikenal masayarakat Indonesia ini? 

Pelabuhan Merak pada masa Hindia-Belanda

Sebelum Kerajaan Islam berdiri di tanah Banten, daerah yang berada di ujung barat Pulau Jawa itu telah menjadi salah satu tujuan utama para pedagang dari luar daerah, bahkan mancanegara. Di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda kala itu, Banten menjadi kota niaga. 

Dalam catatan perjalanan Tom Pires (1513), Banten merupakan salah satu bandar besar yang di dalamnya memperdagangkan lada, beras dan bahan makanan lain. 

Pada abad ke-16, ketika berada di bawah kekuasaan Kerajaan Islam, Banten menjadi tumbuh sangat pesat dan menjadi bandar Internasional. Banten ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa. Seperti pedagang dari Cina, Arab, India, Jepang, Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan lain-lain. 

Jejak kejayaan bandar Banten di masa lalu sebagai pelabuhan internasional dapat kita lihat hari ini di Pelabuhan Karangantu yang terletak di sisi timur kota. Menurut Endang Djaenuderadjat dalam Atlas Pelabuhan Bersejarah di Indonesia (2013), bahwa pelabuhan utama pada masa Kerajaan Islam Banten yang digunakan sebagai pelabuhan internasional adalah Pelabuhan Karangantu yang lokasinya di sisi timur/timur laut kota Banten. 

Namun hari ini Pelabuhan Karangantu bukan lagi sebagai pelabuhan internasional, melainkan hanya sebatas pelabuhan kecil yang disinghahi oleh para nelayan lokal dan nelayan dari daerah luar Banten. 

Ketika Banten berada di bawah kekuasaan kolonial, Banten menjadi pemasok kebutuhan pemerintah Hindia-Belanda. Komoditi seperti kopi, copra, tembakau, lada dan tebu ditanam dan dibudidayakan masyarakat Banten. Sebagai penunjang mobilisasi kegiatan perekonomian, dibangunlah jalur kereta api dan pelabuhan. 

Pada tahun 1912, di masa  Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg (1909-1916), di ujung jalur rel kereta api yang menghubungkan antara Tanah Abang di Jakarta dan Merak di Banten, dibangun sebuah pelabuhan untuk menunjang aktivitas pemerintah kolonial. Barang-barang kebutuhan dan hasil pertanian baik dari Pulau Jawa ataupun Pulau Sumatera akan dibawa melalui Pelabuhan Merak. 

Dalam Tesis S2 UI Tahun 2011 yang berjudul Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni Di Selat Sunda 1912-2009, Andi Syamsu menjelaskan, Pelabuhan Merak merupakan fasilitas yang menunjang aktivitas pemerintah Hindia-Belanda dalam menguras kekayaan alam Indonesia pada masa itu. 

Nampak Stasiun Merak dan Pelabuhan Merak tahun 1920-an atau 1930-an (sumber gambar: collectienederland.nl) 
Nampak Stasiun Merak dan Pelabuhan Merak tahun 1920-an atau 1930-an (sumber gambar: collectienederland.nl) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun