Popularitas Bani Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833). Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma'mun, penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani lebih digiatkan.Â
Di zaman Abbasiyah terdapat perpustakaan yang begitu besar pengaruhnya, yaitu Baitul  Hikmah. Peranan Baitul hikmah tidak hanya sebagai perpustakaan saja, tempat ini juga berperan sebagai pusat penterjemahan, lembaga pendidikan, observatorium astronomi dan pusat kajian dan karangan.
Selain perpustakaan, gambaran mengenai peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa itu juga dilihat dari banyaknya toko buku. Menurut Phillip K. Hitti dalam History of Arabs, bahwa pada zaman Abbasiyah lebih dari seratus toko buku yang berderet di ruas jalan yang sama. Kemudian toko-toko buku ini juga berkembang di Damaskus dan juga Kairo.Â
Para penjual buku itu banyak yang berprofesi sebagain penyalin, penulis kaligrafi dan juga ahli sastra. Jadi, fungsi toko buku tidak hanya sebagai tempat jualan, tetapi juga sebagai pusat kajian ilmiah.
Episode kejayaan Abbasiyah saya rasa cukup menjadi gambaran bagaimana buku dan perkembangan pengetahuan berperan dalam membangun sebuah peradaban. Buku, toko buku, dan perpustakaan adalah lentera bagi sebuah peradaban.
"Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah," itu kata Milan Kundera.
"Masih senangkah aparat-aparat kita merazia buku-buku?"
"Atau, jangan-jangan kehancuran peradaban memang yang  mereka harapkan?"
"Entahlah."
#bukanresensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H