Globalisasi di dunia ini tidak akan terlepas dari teknologi seperti halnya HP, Android, TV, dan lain-lain. Dunia seakan menjadi sempit ketika informasi tentang apapun sudah dapat di akses. Semua itu tak terlepas dari pendidikan. Pendidikan adalah salah satu faktor pembentuk peradaban dunia, tanpa pendidikan manusia seakan kembali ke dunia purba yang tidak akan mengalami revolusi, oleh sebab itu dunia akademik harus pintar-pintar memanfaatkan teknologi agar tidak menjadi korban teknologi.
Pendidikan tak terlepas dari pendidik dan peserta didik atau dengan nama lain siswa dan guru atau mahasiswa dan dosen semua itu adalah termasuk insan akademik, atau jika meminjam istilah Antonio Gramski, Intelektual organik. Kemudian di dalam dunia akademik terdapat gerakan dialektika sehingga akan memunculkan formulasi pendidikan untuk menuju kehidupan yang madani, dan untuk merealisasikan pemikirannya tersebut melalui tulisan maka pendidikan jurnalistik harus menjadi salah satu bidang ilmu yang harus dipahami oleh insan akademik. Dalam sebuah kata mutiara “jika kita ingin mengenal dunia maka membacalah dan ketika kita ingin di kenal dunia maka menulislah”. Berangkat dari kata-kata itulah pendidikan jurnalistik harus bisa membuat para siswa ataupun mahasiswa menjadi gemar menulis dan menjadi sebuah tradisi walaupun notabene para siswa ataupun mahasiswa sama sekali tidak menyukai hal tersebut. Hal seperti ini menjadi tugas bagi para pengajar atau pendidik di negeri ini untuk merubah paradigma tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H