Mohon tunggu...
Musyfiqul Khoir
Musyfiqul Khoir Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial Media dan Komunikasi Poltik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengalir Pujian Kepada SBY

22 Juni 2014   02:20 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun belakang ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu mendapat hujatan dan fitnah dari pelbagai kalangan, mulai dari rakyat biasa, akademisi, pengusaha dan politisi. Tetapi SBY tetap selalu sabar dalam menghadapi badai fitnah, kritik, saran dan hujatan, karena SBY menganggap bahwa itu semua adalah tantangan dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin tidak akan pernah berhasil jika tidak bisa melewati segala tantangan tersebut, apalagi Indonesia termasuk dari Negara sistem demokrasi, segala hak dari rakyat menjadi tugas utama untuk memberikan ruang demokrasi.

Namun dibalik hujan dan fitnah itu, SBY mendapat pujian yang luar biasa di kanca global, seperti  pada tahun 2011, Presiden SBY dinobatkan sebagai sepuluh besar tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia. Studi dilakukan oleh Pusat Studi Strategis Islam Kerajaan di Yordania dan Universitas Georgetown, yang mengukur tingkat peran dan pengaruh 500 tokoh Muslim dunia. Walaupun bukan bergelar ulama, Presiden SBY berhasil masuk ke top 10 karena dianggap mampu mewakili suara komunitas Muslim dalam pergaulan internasional. Beberapa nama lain yang masuk top 10 antara lain, Raja Abdullah bin Abdul Aziz, dari Arab Saudi; Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Syi`ah Iran; Raja Abdullah II, dari Yordania; Syeikh Mohammad Sayyid Tantawi, Grand Syeikh Al-Azhar Mesir; dan Ayatollah Sayyid Ali Hussein Sistani, pemimpin Hauzah Ilmiah di kota Najaf, Irak. Sejumlah ulama Tanah Air juga masuk, dalam 500 tokoh Islam tersebut (Bakir & Zaenal 2013:106).

Selain pujian dari luar Negeri, pujian di dalam Negeri datang dari ulama dan cendekiawan muslim terkemuka Prof. Dr. Quraish Shihab. “Pak Presiden, ternyata bapak masih dicintai rakyat. Berita yang selama ini sering diangkat itu tidak benar. Seolah-olah rakyat tidak lagi mencintai Pak SBY”.

Hal demikian tentu karena kesabaran SBY dalam menghadapi cobaan yang menimpa dirinya, serta didukung dengan model komunikasi yang lebih banyak mendengerkan.

Lebih Banyak Mendengerkan

Dalam studi ilmu komunikasi, mendengarkan adalah mekanisme perolehan umpan balik (feed back) yang berguna bagi komunikator untuk mengetahui apakah komunikasinya berjalan baik, sesuai dengan harapan khalayak. Berbagai simulasi (misalnya menggambar suatu benda yang telah ada contohnya atau menyusun berbagai potongan gambar atau balok) dalam pelatihan komunikasi menunjukkan bahwa suatu tujuan (menggambar atau menyusun gambar/balok dengan benar) akan terlaksana lebih cermat dan lebih cepat bila komunikator (yang menggambar atau menyusun gambar/balok) memperoleh umpan balik dari pihak lain yang mengetahui situasi (gambar atau susunan gambar/balok), dibandingkan dengan komunikator yang tidak menerima umpan balik sama sekali. Ini berarti bahwa para pengambil keputusan, baik di lembaga legislative ataupun di lembaga eksekutif, akan lebih cermat dan lebih cepat melaksanakan program mereka bila mereka juga menerima umpan balik dari pihak lain, khususnya rakyat yang berkepentingan.

Sebagaimana dikemukakan Grognet dan Van Duzer, secara umum durasi waktu kita mendengarkan adalah tiga kali durasi waktu bicara, dan setidaknya empat kali waktu membaca dan menulis (West & Turner, 2009:192). Semoga gaya kepemimpinan Presiden SBY seperti di atas dapat menjadi rujukan oleh Presiden yang akan melanjutkan roda kepemimpian Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun