Jika aku sendok
maukah kau jadi garpu?
kita sendok-garpu
bukan yang kotor teronggok
melainkan yang bergerak dan mengisi
sebagaimana puisi
yang lahir dari hati
Parung Mulya, 4 Januari 2020
Menerka Makna
Puisi di atas menggambarkan aku-lirik dan kau-lirik memiliki hubungan batin yang amat dekat. Kemungkinan besar mereka berdua adalah sepasang kekasih. Puisi tersebut berisi ungkapan aku-lirik yang ingin melamar kau-lirik.
Jika aku sendok/ maukah kau jadi garpu? Larik ini bukan kalimat gombalan biasa. Tapi larik ini merupakan bentuk puisi dari kalimat umum "Maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Atau dalam artian aku-lirik ingin menjadikan kau-lirik sebagai istri.
Bukan sekadar ingin menjadikan kau-lirik sebagai pacar-- sebab sendok dan garpu merupakan benda yang pasti ada di dalam sebuah rumah, peralatan makan.Â
Jadi bisa dibilang analogi sendok-garpu digunakan oleh aku-lirik karena bermaksud ingin membangun rumah tangga, makan bersama, hidup bersama kau-lirik.Â
Jika hanya gombalan biasa, mungkin aku-lirik akan menggunakan analogi benda-benda di luar rumah, misalnya Jika aku sedotan, maukah kau jadi kantong plastik?
Hal itu diperkuat dengan larik-larik dalam puisi tersebut semuanya menjelaskan hubungan antara sendok dan garpu tak ubahnya seperti peran sepasang suami-istri yaitu berpasangan, dan harus saling melengkapi satu sama lain.
Puisi tersebut juga ingin menyampaikan nilai bahwa dalam menjalin hubungan itu perlu untuk senantiasa menanamkan rasa bersyukur, selalu bekerja sama, dan perlu produktif dalam bekerja sesuai peran. bukan yang kotor teronggok/ melainkan yang bergerak dan mengisi.
The Lucky One
Yang beruntung. Begitulah bio yang dicantumkan Siwi W. Hadiprajitno dalam profil akun Kompasiana miliknya.Â