Apakah anda pernah melihat benda ini? Ini bukan keranda. Tapi Insulated Patient Transport Capsule versi Indonesia.
Insulated Patient Transport Capsule biasanya digunakan untuk membawa/memindahkan dengan aman pasien yang terpapar CBRN (Chemical, Biology, Radioactove, and Nuclear) ke rumah sakit/tempat isolasi.
Apa itu CBRN? CBRN merupakan suatu situasi berbahaya yang disebabkan oleh menyebarnya material kimia, biologi, radioaktif dan Nuklir yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi manusia dan lingkungan.
Peristiwa CBRN berdampak secara langsung dapat menimbulkan banyak orang kehilangan nyawa, terjadinya perubahan hidup yang signifikan, dan menyebabkan kepanikan dan kekacauan di masyarakat.
Nah, selain pernah digunakan ketika terjadi KLB Ebola yang bikin panik Turki dan dunia pada 2014, Insulated Patient Trasport Capsule juga digunakan dalam pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini sebagai contoh nyata peristiwa CBRN yang timbul dari material Biologi.
Insulated Patient Transport Capsule, atau kita sebut saja kapsul isolasi merupakan alat angkut pasien tertutup terisolasi yang memiliki sistem sirkulasi udara khusus yang mampu mengatur pertukaran udara terkontaminasi menjadi udara yang bersih.
Dengan menggunakan kapsul isolasi, risiko paparan selama pemindahan pasien dapat dicegah. Sehingga transportasi pasien menuju pusat kesehatan baik menggunakan ambulan, pesawat atau kendaraan lain dapat menjadi lebih cepat dan aman.
Sebenarnya, Kapsul Isolasi ini sudah dipakai di Indonesia sejak awal mula pandemi Covid-19 belum terlalu bikin heboh di negeri ini.
Pada awal Januari 2020, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) RI di bawah koordinasi Kemenkes mendatangkan sebanyak 21 unit kapsul isolasi dan ditempatkan diberbagai titik untuk mencegah penyebaran covid-19 yang masuk dari luar negeri yang masuk melalui Pelabuhan.
Namun saya baru melihat wujud asli kapsul isolasi ini belakangan ketika dinas Kesehatan Kota Tegal pada bulan November kemarin mendatangkan 4 unit kapsul isolasi untuk didistribusikan ke Puskesmas se-wilayah Kota Tegal.
Pertama kali melihat wujud kapsul ini, mata saya terbelalak kaget. Saya tak menyangka ternyata bentuk kapsul isolasi versi Indonesia ini agak menyeramkan.
Rangka penutup yang melengkung membuat membuat otak saya secara otomatis mengasosiasikan bentuk kapsul sebagai benda yang menyerupai keranda, alat untuk mengusung mayat ke kuburan.
Kemudian berbekal hape, saya mencari informasi untuk membandingkan bentuk kapsul isolasi versi Indonesia itu dengan bentuk kapsul isolasi yang dipakai di Negara lain. Apakah kapsul Isolasi Negara lain berbentuk seperti keranda juga?
Owalah, ternyata tidak. Di Abu Dhabi, UEA, kapsul isolasi untuk mentransfer pasien terinfeksi Covid-19 berbentuk lebih keren dan futuristik dibandingkan kapsul yang saya lihat. Coba perhatikan foto di bawah ini.Â
Kapsul Isolasi yang digunakan di UEA terlihat begitu keren, kokoh dan elegan bukan? Desainnya jauh dari kesan seram. Pasti harganya lebih mahal!
Berbeda dengan yang ada di UEA, saya tak bisa mengalihkan otak saya untuk berhenti mengasosiasikan bentuk kapsul isolasi yang saya lihat itu ke bentuk selain keranda. "Lah emang mirip keranda, kok!" Begitu kata otak saya.
Ferit Ä°ÅŸbilir, dkk. dalam artikel ilmiah yang dipublikasikan di Jurnal European Mechanical Science pada tahun 2018, menyatakan bahwa proses mendesain sebuah kapsul isolasi merupakan bagian yang sangat penting diperhatikan oleh produsen Kapsul Isolasi.Â
Desain kapsul dapat mempengaruhi kesembuhan pasien yang berada di dalamnya. Oleh karena itu bagaimana bentuk, serta warna kapsul sebaiknya diperhatikan demi membangun perasaan aman, percaya, dan kenyamanan pasien.
Desain kapsul sebaiknya menyesuaikan berdasarkan psikologi manusia. Bentuk lengkungan, kesimetrisan, visibilitas pasien, bahkan warna kapsul perlu dirancang sebaik mungkin untuk menciptakan rasa aman dan nyaman dalam diri pasien yang menaikinya.
Berikut ini wujud desain kapsul isolasi yang direkomendasikan dalam artikel tersebut.
Â
Coba bandingkan desain kapsul tersebut dengan desain kapsul versi negeri tercinta di atas. Jika sendainya anda (amit-amit) terkena Covid-19, kesan seperti apa kira-kira yang anda rasakan ketika harus naik kapsul isolasi itu?Tapi, mungkin karena ada pertimbangan berdasarkan penyesuaian harga jual, ketersediaan onderdil, fungsionalitas, atau berbagai pertimbangan lain sehingga produsen kapsul isolasi di negeri ini akhirnya terpaksa agak mengabaikan rupa desain kapsul yang diproduksi.Â
Mirip keranda, ya maklum wes. Ora maido.Â
Dalam situasi pandemi dalam negeri yang penuh keterbatasan ini, ada produsen yang mampu memproduksi kapsul isolasi begini sudah termasuk hebat.
Langkah Dinkes Kota Tegal untuk mendatangkan Kapsul isolasi juga terbilang keren mengingat tidak semua daerah punya kapsul ini dalam upaya penanggulangan Covid-19 di wilayah mereka.
Lagian, kapsul isolasi yang saya lihat ini secara fungsionalitas tak jauh berbeda dengan penjelasan dalam artikel Ferit Ä°ÅŸbilir, dkk.
Dimana di dalamnya ada sistem sirkulasi dan filtrasi udara berteknologi HEPA (High Efficiency Particulate Air), lengkap dengan sinar UV, fan, penyimpan energi, dan pengatur tekanan yang mampu bekerja dengan baik dalam men-dekomentasikan udara yang terpapar virus.
Awalnya saya penasaran, ingin tahu bagaimana sensasi yang akan saya rasakan ketika menaiki keranda ini. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, akhirnya saya mengurungkan niat untuk naik dan berbaring di dalam kapsul itu.
Bukan apa-apa, belum naik saja otak saya sudah berimajinasi kemana-mana. Pertama, saya membayangkan skenario:
Saya mengalami sakit, kemudian saya dijemput oleh ambulans dan harus naik dalam kapsul itu. Kemungkinan besar saya akan merasa makin panik dan ketakutan.Â
Mungkin saya juga akan merasa cemas memikirkan bagaimana reaksi keluarga dan tetangga yang melihat saya terbaring di sana bagai jenazah di keranda.
Kedua, otak saya membayangkan skenario: Kapsul itu adalah keranda yang benar-benar untuk mayat, dan saya terbaring di dalamnya sebagai mayat.
Tentu arwah saya akan menyesal mendapati nasib tidak bisa lagi ngapa-ngapain sekedar untuk memperbaiki ketaatan kepada Tuhan.
Saya membayangkan, saya terbaring di keranda. Saya hanya bisa terbaring resah menunggu hari Penghakiman tiba. Memikirkan apakah saya bisa masuk ke Surga, atau disiksa di Neraka. Apakah ada yang masih mau mendoakan saya, atau begitu saya mati, orang-orang lupa sama saya...
....Â
Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan, sehingga tidak perlu naik dan terbaring dalam kapsul isolasi itu.
***
Demikian. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Salam.
Bacaan:
- Ferit Ä°ÅŸbilir, dkk. 2018. Insulated Patient Transport Capsule for Chemical, Biological, Radiological and Nuclear (CBRN) Contamination Cases. European Mechanical Science.
- Kompas.com. 2020. Mengenal Kapsul Transport yang Disiapkan Pemerintah untuk Antisipasi Virus Corona.
- Thenationalnews.com. 2020. Police air wing launches isolation capsule for Covid-19 patients.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H