Ya.. saya diwanti-wanti Bapak untuk menjaga dari kejauhan. Sebab tujuh tahun lalu pernah ada sekomplot maling sengon lengkap dengan truk pengangkutnya. Maling itu bukannya takut, justru mereka mengeroyok penjaga kebun yang lagi sendirian sampai sekarat babak belur dipukuli.
"Ngawasi ning gubuk bae. Misal nanti ada maling, jangan langsung ditegur. Kamu lari minta bantuan warga dan nelpon Bapak saja. Hati-hati!". Begitu pesan dari bapak.
Ini sebenarnya kali pertama kalinya saya menginap di kebun. Saya sih tidak takut sama maling, yang saya takutkan justru dedemit-dedemit penghuni kebun.
Konon dedemit kebun itu lebih ganas daripada setan-setan rumahan macam pocong, tuyul dan kuntilanak.
Kata temen saya, si David, dedemit kebun biasanya tak cuma mengganggu, mereka juga tak segan untuk mencelakai manusia.
Wujud mereka aneh dan menyeramkan mulai dari macan, ular sanca, dan babi hutan berukuran jumbo. Bahkan kata si David, dia pernah juga dibanting sama dedemit bertubuh gorila berkepala panda.
Kala itu David bercerita kejadian itu dengan meyakinkan, "Sumpah Bro, mbien ning kebon kui aku pernah diseret terus dibanting gorila ndas panda nganthi pingsan!"
Kalau apa yang diceritakan si David itu benar, saya jadi ngeri banget. Tapi karena ini perintah dari Bapak, jadi saya beranikan diri saja bermalam di kebun ini demi menjaga hasil panen sengon yang susah payah 6 tahun kami rawat.
Oiya. Kebun Bapakku tak cuma ditanami sengon. Ada beraneka rupa pohon campur-campur ditanam di kebun satu hektar ini. Ada pohon kelapa, durian, jambu, kopi, mangga, cengkeh, randu, dan beberapa tanaman bumbu dapur.
Semua pohon itu yang menanam almarhum Kakek dulu. Lalu oleh Bapak dicoba juga ditanami pohon sengon di lahan-lahan yang masih kosong 6 tahun lalu.