Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Capung, Si Naga Terbang yang Mulai Menghilang

14 Mei 2020   00:54 Diperbarui: 14 Mei 2020   00:51 2423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini capung | Andre mouton via unsplash

Kapan terakhir kali kamu melihat capung? 

Tahu tidak,  Sudah sejak dua minggu yang lalu aku berkeliling, menyusuri tiap-tiap sudut kampung, ke sawah, ke bendungan, ke pinggir kali irigasi, kok susah sekali ya nemu keberadaan capung. Hari ini pun saya kembali tidak beruntung tidak bisa ketemu capung.

Katanya capung tidak suka terik matahari yang menyengat, tapi saya sudah berburu di pagi hari dan di sore hari sambil ngabuburit, tidak ketemu juga ini capung.

Padahal dulu capung-capung banyak sekali, terbang ke sana kemari , hinggap di sana-sini. Tapi sekarang, seekor capung pun tidak bisa aku temui. Kenapa bisa terjadi?

Jangan-jangan hilangnya populasi capung di kampungku, karena perbuatan masa kecilku. Aku suka memburu mereka dengan jaring, memancing mereka dengan umpan lalat, menjebak dengan pulut (getah), atau menangkap dengan tangan kosong.

Capung-capung yang aku tangkap, aku ikat ekornya dengan serat pelepah pisang (lamat), lalu menerbangkan capung itu seperti layang-layang sambil aku berlarian girang.  Duh, Aku jadi menyesal

Sudah sampai pelosok, ke sawah biasa capung ada, tapi tidak ketemu | dokpri
Sudah sampai pelosok, ke sawah biasa capung ada, tapi tidak ketemu | dokpri

Capung

Capung/Kinjeng (jw)/Dragonfly (ENG) konon adalah serangga terbang yang pertama ada di dunia. Wahyu Sigit Rhd dalam buku Naga Terbang Wendit (2013) menyebutkan bahwa capung muncul sejak jaman karbon yaitu antara 360 - 290 Juta tahun yang lalu.

Fosil nenek moyang capung yang ditemukan dari 325 juta tahun yang lalu di batuan Karbon Atas dataran Eropa.

Oiya, Capung (dragonfly) hampir mirip sekali dengan capung jarum/kinjeng dom (damsfly). Perbedaan mencolok dari keduanya adalah dari ukuran. Capung dragonfly lebih besar dibandingkan dengan damsfly, ekor damsfly kecil mirip seperti jarum atau dom (jw). Tapi biar lebih mudah, dalam pembahasan ini saya menyamakan keduanya, ya. 

Ini capung | Andre mouton via unsplash
Ini capung | Andre mouton via unsplash

Ini damfly/kinjeng dom | dok Krzysztof Niewolny via unsplash
Ini damfly/kinjeng dom | dok Krzysztof Niewolny via unsplash

Di dunia, masih ada sekitar 3.000 spesies yang hidup. Sebagian besar Capung tiggal di daerah beriklim tropis, dan hanya sebagian spesies saja yang hidup di daerah yang beriklim sedang.

 Indonesia sangat beruntung memiliki 12,5 – 15 persen dari total spesies capung di seluruh dunia atau hanya kalah dari banyaknya spesies Capung yang hidup di Brazil.

Fosil Nenek moyang capung, mencapai lebar sayap sekitar 680 mm | Museum Toulouse via wikipedia
Fosil Nenek moyang capung, mencapai lebar sayap sekitar 680 mm | Museum Toulouse via wikipedia

Capung memiliki siklus hidup yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase telur, fase nimfa, dan fase capung dewasa. Sebelum terbang mengudara, capung lebih banyak menghabiskan hidupnya di air. 

Setelah telur menetas dalam kurun waktu satu minggu, masuklah pada fase Capung Nimfa. Nimfa capung bernafas menggunakan insang. Nimfa capung bisa hidup di dalam air selama kurun waktu dua bulan hingga lima tahun.

Nimfa Capung bertubuh besar dan mengerikan. Pada tahap ini nimfa capung akan menjadi hewan predator yang ganas dan memakan berudu, anak ikan atau bahkan memangsa sesamanya. 

Saat sudah fase dewasa, Capung adalah penerbang yang ulung. Dibekali dengan sayap yang ringan namun kuat, capung dapat terbang dengan gesit dan cepat ke segala arah dan bisa mengubah arah terbang secara tiba-tiba, serta mampu bermigrasi melintasi lautan. 

Capung juga dibekali dengan kemampuan penglihatan yang tajam menjadikan capung sebagai predator kuat yang sangat ditakuti oleh nyamuk, hama pertanian, kupu-kupu, ngengat serta serangga kecil lainnya. 

Capung, Manusia, dan Lingkungan

Capung adalah serangga akuatik. Keberadaannya tak bisa lepas dari perairan. Capung menempelkan telur di tanaman-tanaman air, berubah jadi larva di fase nimfa juga dalam air, serta capung dewasa bermain-main tak jauh-jauh dari air. 

Sebagian besar jenis Capung tidak mau meletakkan dan bertahan hidup di sembarang perairan. Hanya air yang memiliki kualitas baik saja yang bisa digunakan capung melangsungkan perkembangan hidupnya. Karena cara hidup itulah, keberadaan capung dijadikan sebagai indikator kualitas perairan di suatu daerah.

Para penghobi aquascape biasanya menemukan secara tidak sengaja larva capung hidup di tank mereka. Keberadaan larva ini di menandakan kondisi air di dalam aquascape itu dalam keadaan bagus. 

Namun karena larva capung adalah predator  yang mengancam keberadaan ikan-ikan hias yang ada di tank, para aquascape terpaksa harus memindahkan larva capung ini keluar dari tank.

Larva (nimfa) capung memakan ikan di aquarium | dok. aquariumbreeder.com
Larva (nimfa) capung memakan ikan di aquarium | dok. aquariumbreeder.com
Di alam bebas, Capung adalah serangga predator yang sangat mematikan dan ditakuti oleh serangga lain. Nimfa capung merupakan predator alami dari jentik-jentik nyamuk, Capung dewasa juga gemar untuk memangsa nyamuk. 

Hal itula yang membuat peran Capung sangat penting bagi kesehatan manusia karena menjadi pengendali populasi jentik dan nyamuk sebagai vektor beberapa penyakit.

Capung dewasa juga merupakan sahabat bagi petani. Capung-capung dapat memangsa wereng, lalat buah, lalat bibit, kutu, dan serangga-serangga hama tanaman pertanian lainnya.


Dalam perjalanan peradaban manusia, Capung adalah hewan legenda yang menginspirasi kebudayaan di beberapa daerah. Di Jepang, capung dikaitkan dengan musim panas dan musim gugur dan menjadi simbol kemenangan, kekuasaan, dan kelincahan. Ksatria samurai menggunakan capung sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. 

Dalam budaya penduduk asli Amerika, capung menandakan kebahagiaan, kemurnian, dan kecepatan karena merupakan serangga yang hidup baik di air dan di darat.

vase with dragonfly handles, | Walters Art Museum wikipedia
vase with dragonfly handles, | Walters Art Museum wikipedia

Di Malaysia (tahun 2000) dan di Vietnam (tahun 2011), Capung dijadikan sebagai gambar hiasan pada perangko edisi khusus. Sementara di Indonesia, ada beberapa orang yang memanfaatkan Capung sebagai makanan. 

Perangko bergambar Capung | dok. http://defworld.freeoda.com/
Perangko bergambar Capung | dok. http://defworld.freeoda.com/

Capung yang Mulai Menghilang

Tidak banyak penelitian terupdate yang dapat aku temukan tentang populasi Capung saat ini. Namun dari beberapa artikel yang aku baca, populasi beberapa jenis Capung di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sudah semakin berkurang.

Berkurangnya populasi capung ini diantaranya disebabkan oleh adanya perubahan iklim, daerah perairan yang tercemar, dan invasi biologis. Dan ketika aku hubungkan penyebab-penyebab ini dengan kondisi lingkungan di kampungku saat ini, memang cocok menjadi alasan kenapa  saya sulit menemukan Capung di kampung ini.

Di Kampungku, sekarang mulai bermunculan pabrik-pabrik yang dalam proses produksinya kemungkinan sangat berkontribusi menyumbang polusi udara sehingga lingkungan di sini semakin panas. Alhasil Capung-capungpun tidak betah dan mulai pergi, entah pindah ke daerah lain, atau memang sudah punah.

Perairan-perairan di kampungku juga tidak sebersih dulu. Mulai banyak perairan yang tercemar karena penggunaan pestisida yang berlebihan serta menumpuknya limbah dan sampah. Sehingga capung atau nimfa capung tidak dapat bertahan hidup.

Sampah di irigasi | dokpri
Sampah di irigasi | dokpri

Dan terakhir, penyebab capung mulai hilang dan susah aku temui kemungkinan adalah karena kelakuanku yang dulu gemar berburu ini Capung buat mainan.

Tapi aku belum menyerah, besok aku akan mencari lagi keberadaan Capung. Semoga saja aku beruntung bisa ketemu Capung lagi di kampung ini.

Penutup

Capung adalah serangga yang sangat berguna bagi manusia, indikator lingkungan, pengendali nyamuk, pengendali hama, hingga inspirasi untuk sebuah budaya. 

Namun dalam kehidupannya, manusia sering lupa dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak ramah lingkungan, sehingga memaksa Capung atau mahluk-mahluk lain untuk pergi meninggalkan habitat mereka.

Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita mulai untuk menjaga kelestarian mereka dengan seoptimal mungkin menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dari sederhana saja, seperti mengurangu berkendara bermotor dan membuang sampah pada tempatnya.

Kalau tidak, bukan tidak mungkin Capung, si Naga Terbang ini, di masa depan akan menyusul Naga-Naga lain yang hanya bisa ditemui dalam cerita-cerita mitos dan legenda.

Sekian, salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun