Berkurangnya populasi capung ini diantaranya disebabkan oleh adanya perubahan iklim, daerah perairan yang tercemar, dan invasi biologis. Dan ketika aku hubungkan penyebab-penyebab ini dengan kondisi lingkungan di kampungku saat ini, memang cocok menjadi alasan kenapa  saya sulit menemukan Capung di kampung ini.
Di Kampungku, sekarang mulai bermunculan pabrik-pabrik yang dalam proses produksinya kemungkinan sangat berkontribusi menyumbang polusi udara sehingga lingkungan di sini semakin panas. Alhasil Capung-capungpun tidak betah dan mulai pergi, entah pindah ke daerah lain, atau memang sudah punah.
Perairan-perairan di kampungku juga tidak sebersih dulu. Mulai banyak perairan yang tercemar karena penggunaan pestisida yang berlebihan serta menumpuknya limbah dan sampah. Sehingga capung atau nimfa capung tidak dapat bertahan hidup.
Dan terakhir, penyebab capung mulai hilang dan susah aku temui kemungkinan adalah karena kelakuanku yang dulu gemar berburu ini Capung buat mainan.
Tapi aku belum menyerah, besok aku akan mencari lagi keberadaan Capung. Semoga saja aku beruntung bisa ketemu Capung lagi di kampung ini.
Penutup
Capung adalah serangga yang sangat berguna bagi manusia, indikator lingkungan, pengendali nyamuk, pengendali hama, hingga inspirasi untuk sebuah budaya.Â
Namun dalam kehidupannya, manusia sering lupa dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak ramah lingkungan, sehingga memaksa Capung atau mahluk-mahluk lain untuk pergi meninggalkan habitat mereka.
Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita mulai untuk menjaga kelestarian mereka dengan seoptimal mungkin menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Dari sederhana saja, seperti mengurangu berkendara bermotor dan membuang sampah pada tempatnya.
Kalau tidak, bukan tidak mungkin Capung, si Naga Terbang ini, di masa depan akan menyusul Naga-Naga lain yang hanya bisa ditemui dalam cerita-cerita mitos dan legenda.
Sekian, salam.