Artikel ini merupakan lanjutan dari IWD 2020: Nasib Kuli dan Hati yang Mbrebes Mili yang menyoal tentang nasib Buruh tani di Kabupaten Brebes. Bagian ke-dua ini saya akan melebarkan cerita lagi tentang Nasib Buruh tani ditengah mulai berkembangnya Kawasan Industri Brebes.
***
Brebes Mengikuti Jejak Karawang?
Dulu Karawang sempat dijuluki sebagai Lumbung Padinya orang-orang Indonesia. Areal tanah pertanian yang sangat luas membuat Pemerintahan masa orde baru menjadikan Karawang sebagai Kawasan Agraris penghasil padi terbanyak di Indonesia.
Dikutip dari situs Historia.id, demi mencapai swasembada pangan, Pemerintah Orde baru memberikan perhatian besar pada pertanian padi Karawang melalui berbagai usaha agar kualitas dan kuantitas hasil panen padi Karawang meningkat. Usaha tersebut membuahkan hasil dengan tercapainya produksi beras mencapai 25,8 ton pada 1984.
Namun, surplus beras tersebut tidak bertahan lama. Soeharto berubah pikiran dengan mengubah Karawang menjadi kawasan Industri. Pembebasan tanah petani untuk membangun kawasan Industri ini mulai dilakukan pada akhir 1980-an.
Dalam pembebasan itu diwarnai oleh spekulan sebagai calo tanah, sehingga banyak petani yang terpaksa menjual tanah mereka dengan harga yang murah.
Kawasan Industri Karawang akhiranya resmi dibentuk melalui ditetapkannya Keppres Nomor 53 Tahun 1989 tentang Pengembangan Kawasan Industri, Kabupaten Karawang.
Pembangunan kawasan industri tersebut diikuti pula dengan pembangunan perumahan nasional (perumnas) di tiga desa dengan total luas 186 hektare. Sepanjang 1994-1995 pemerintah telah mengalih fungsikan 174 hektare sawah menjadi kawasan perumahan.
Menurut Makoto Iko, sejak pembukaan kawasan industri pada 1990-an tersebut, karawang mengalami perubahan ekonomi yang dinamis.
Warga beralih profesi dari petani menjadi pedagang kecil, buruh tani buruh pabrik, tukang ojek,atau kuli.
Kesenjangan pun terjadi dan terlihat jelas antara penduduk kampung dan penduduk perumnas yang keduanya sangat jarang bersinggungan.
Hmm.. Kasihan juga ya, nasib para petani Karawang dulu. Tapi perubahan kehidupan sosial memang dinamis. Manusia dituntut untuk beradptasi dengan perubahan itu agar tetap bertahan (menjadi mahluk) hidup.
Berdasarkan ilmu cocoklogi yang saya dapat dari grup parodi di facebook, saya memperkirakan Keadaan yang dialami oleh petani Karawang tersebut, juga akan dialami oleh para petani dan masyarakat Brebes.
Kabupaten Brebes yang sampai saat ini masih menyandang gelar wilayah termiskin se-Jawa Tengah mulai berbenah demi menghilangkan gelar yang (sangat) memalukan itu. Salah satunya dengan mulai membangun Kawasan Industri Brebes (KIB).
KIB merupakan salah satu usulan program dari 12 program yang sudah diusulkan oleh Pak Ganjar, Gubernur Jawa tengah kepada Presiden. Kata Kepala Baperlitbangda Brebes, Kawasan Industri Brebes dibangun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Brebes sebesar tujuh persen.
Dikutip dari harian media Indonesia (11/2), Brebes telah siap menerima dana dari Rp 13 Triliun untuk pembangunan Kawasan Industri ini. Lahan seluas 3.076 hektare pun sudah disiapkan untuk membangun KIB. Lokasi KIB meliputi wilayah Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, dan Kecamatan Bulakamba. Perencanaan pembangunan ini ditargetkan rampung pada bulan Juni nanti.
Rencana industrialisasi Brebes itu sudah saya rasakan wujudnya secara langsung. Setelah sekitar 10 tahun lalu saya pernah berkembang dan merasakan betapa kerasnya hidup di Brebes. Akhirnya saya kembali berpetualang di Negeri Bawang dan Telor Asin ini.
Saya bersyukur, dalam keadaan Brebes terkini, hidung saya masih menikmati bau tanah bercampur bawang yang timbul dari lumpur setelah diguyur hujan.
Saya juga berbahagia, masih bisa merasakan skuterku bergoyang akibat gronjalan dari Jalanan Brebes yang masih berlubang-lubang, walaupun membuat saya sakit pinggang. Sebab karena hal ini, Saya jadi teringat anekdot yang diceritakan guru fisika dulu:
Suatu hari Presiden Gus Dur sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Semarang menggunakan mobil. Saat sampai di jalanan Brebes, Gus Dur tiba-tiba Nyletuk: “Ini kita lagi di Brebes ya?”.
Sopir dan Ajudan pun terheran, “Kok bisa tahu Gus, padahal ngapunten, Njenengan tidak bisa melihat?”
“Ya tahu... Dari Jakarta sampai cirebon mobil ini mulus jalannya. Lah sekarang mobil ini jalannya bergetar-getar. Dimana lagi kalau bukan di Brebes yang jalannya banyak gronjalannya!” Rombongan pun tertawa. Hehe.
Keadaan Brebes yang saya rasakan berubah adalah dengan mulai berdirinya pabrik-pabrik manufaktur lain. Kalau tidak salah, perusahaan jenis produksi garmen sudah banyak berdiri. Dan saya menemukan ternyata teman-teman masa kecilku, sekarang banyak yang menjadi buruh yang bertugas membuat sepatu-sepatu mahal bermerk.
Perumahan-perumahan subsidi di Brebes terlihat sudah mulai menggeliat dibangun di sekitar kawasan pabrik-pabrik itu.
Dulu saya jarang menemui adanya Banjir dan genangan air setelah hujan, sekarang hujan sedikit saja sudah banyak genangan.
Pemandangan di pagi hari pun mulai berbeda, Biasanya saya hanya melihat para buruh tani sedang bersiap berangkat ke lapak bawang, dan anak-anak sekolah. Kini ketambahan pemandangan wanita-wanita muda yang sedang menunggu angkutan untuk pergi ke pabrik.
Pedagang-pedagang kecil juga saya lihat sudah semakin menjamur di tiap pinggir-pingir jalan. Mereka menjual beragam makanan dan jajanan. Oiya, yang lebih penting lagi, dulu jarang ada duo minimarket kakak beradik, sekarang sudah banyak berjejer, bahkan ke desa pelosok. Sungguh perkembangan yang sangat luar biasa!
Lalu keadaan para petani dan buruh tani, bagaimana sekarang? Tenang, saya masih banyak menemukan para petani dan buruh tani kok. Mereka masih banyak ditemui di sepanjang jalan. Memakai kaos warna-warni hadiah dari toko tani. Wajah dan kulit mereka juga masih hitam legam terbakar panasnya terik matahari pantura. Masih Sama seperti dulu.
Brebes Kawasan Strategis
Investor dan pegusaha melirik Brebes sebagai kawasan untuk membangun bisnis mereka karena Brebes merupakan tempat yang sangat strategis. Menurut Vermonna Lumban (2017) dalam blognya tentang Brebes, alasan investor adalah sebagai berikut:
- Lokasinya yang berada di daerah pantura dan dilewati jalan tol dan jalur pantura membuat Brebes.
- Infrastruktur yang sudah baik terutama aksesibilitas yakni jalan nasional dan jalan tol memudahkan kegiatan distribusi yang diperlukan industri.
- UMR di Kabupaten Brebes sangat rendah Rp. 1.541.617 (urutan 4 paling rendah di banding Kab. Rembang, Banjarnegara dan Wonogiri) dan itu membuat industri akan semakin beruntung.
- Masyarakat Brebes dinilai pekerja yang ulet dan rajin dan hasil kerjanya bagus (hasil wawancara saya dengan pengusaha tekstil dari Jepang)
- Pemerintah provinsi mengarahkan perkembangan industri di Kabupaten Brebes dan sudah ada perjanjiannya.
Penutup
Apakah Nasib Petani dan Buruh tani Brebes akan sama seperti Karawang?
Kalau anda percaya hasil ilmu cocoklogi yang saya pelajari di grup parodi sih, Nasib mereka akan sama seperti Petani Karawang. Tapi kan, semua tergantung takdir Tuhan. Wallahu a’lam.
Sekian.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H