Kesenjangan pun terjadi dan terlihat jelas antara penduduk kampung dan penduduk perumnas yang keduanya sangat jarang bersinggungan.
Hmm.. Kasihan juga ya, nasib para petani Karawang dulu. Tapi perubahan kehidupan sosial memang dinamis. Manusia dituntut untuk beradptasi dengan perubahan itu agar tetap bertahan (menjadi mahluk) hidup.
Berdasarkan ilmu cocoklogi yang saya dapat dari grup parodi di facebook, saya memperkirakan Keadaan yang dialami oleh petani Karawang tersebut, juga akan dialami oleh para petani dan masyarakat Brebes.
Kabupaten Brebes yang sampai saat ini masih menyandang gelar wilayah termiskin se-Jawa Tengah mulai berbenah demi menghilangkan gelar yang (sangat) memalukan itu. Salah satunya dengan mulai membangun Kawasan Industri Brebes (KIB).
KIB merupakan salah satu usulan program dari 12 program yang sudah diusulkan oleh Pak Ganjar, Gubernur Jawa tengah kepada Presiden. Kata Kepala Baperlitbangda Brebes, Kawasan Industri Brebes dibangun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat Brebes sebesar tujuh persen.
Dikutip dari harian media Indonesia (11/2), Brebes telah siap menerima dana dari Rp 13 Triliun untuk pembangunan Kawasan Industri ini. Lahan seluas 3.076 hektare pun sudah disiapkan untuk membangun KIB. Lokasi KIB meliputi wilayah Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, dan Kecamatan Bulakamba. Perencanaan pembangunan ini ditargetkan rampung pada bulan Juni nanti.
Rencana industrialisasi Brebes itu sudah saya rasakan wujudnya secara langsung. Setelah sekitar 10 tahun lalu saya pernah berkembang dan merasakan betapa kerasnya hidup di Brebes. Akhirnya saya kembali berpetualang di Negeri Bawang dan Telor Asin ini.
Saya bersyukur, dalam keadaan Brebes terkini, hidung saya masih menikmati bau tanah bercampur bawang yang timbul dari lumpur setelah diguyur hujan.
Saya juga berbahagia, masih bisa merasakan skuterku bergoyang akibat gronjalan dari Jalanan Brebes yang masih berlubang-lubang, walaupun membuat saya sakit pinggang. Sebab karena hal ini, Saya jadi teringat anekdot yang diceritakan guru fisika dulu:
Suatu hari Presiden Gus Dur sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Semarang menggunakan mobil. Saat sampai di jalanan Brebes, Gus Dur tiba-tiba Nyletuk: “Ini kita lagi di Brebes ya?”.
Sopir dan Ajudan pun terheran, “Kok bisa tahu Gus, padahal ngapunten, Njenengan tidak bisa melihat?”