Kubah terbang
Enaknya dipandu sama orang lokal ya dia ngerti kemana kita harus dibawa. masih situs tentang tsunami. kita masuk ke suatu perkampungan yang deket dengan pelabuhan uhlele. Di sana ada masjid yang saat tsunami kubahnya terbang sampai berkilo-kilo meter. Bukan jadi museum si, hanya dibangun sebagai situs oleh warga setempat dan sebenarnya di balik situs ini ada pemandangan alam yang lumayan asri dan bisa dijual.
Dari kubah terbang kita balik lagi ke pusat kota dan sempetin makan ayam tangkap yang enak banget sampai nyokap minta tanaman daun yang dipakai buat masak ayam itu untuk ditanam di rumah hahah. padahal di pesawat ga boleh bawa tanaman dan sempat terhambat gara-gara pemeriksaan tapi oke lah asal jangan bawa ganja aja hahaha.
Tadinya mau ke rumah Cut Nyak Dien tapi tutup jadi kita ke rumoh aceh yang juga ga bisa masuk karna lagi istrahat dan baru buka lagi jam 2 siang. di sampingnya ada makam sultan iskandar muda yang gak dikeramatin sama sekali sama orang Aceh. Kalau di Jawa mungkin udah banyak yang doa-doa minta berkah kali hahaha.
Saya udah bete karena wisatanya bangunan semua. Saya ga terlalu suka wisata kota, alhasil mas faisal dengan baiknya mau nganterin kita ke wisata yang belum banyak orang tau. namanya Kuta Malaka. Asalnya sih, itu air terjun tapi pesona bukitnya lebih keren mirip kayak di luar negeri daripada air terjunnya yang penuh corat coret dan sampah.
Untuk ke sana track-nya lumayan menantang karena jalannya rusak dan berpasir, gw kan pake avanza tuh, jadi lumayan ngeri tergelincir atau bagaimana lah. Ditambah mobil harus masuk genangan air mirip di film petualangan dah.
Mobil udah berdecit, tapi untuk mendapatkan surga ya mesti begini. Di balik kesusahan dan perjalanan ekstrem sampai hampir sejam kita disambut pegunungan dan bukit-bukit cantik yg rumput dan hijaunya sangat khas. mirip selandia baru sih kata detik.com hahaha.
Alhasil saya girang gak ketulungan, katanya bang faisal tadinya program my trip my adventure yang dipandu nadine mau ke sini, eh tapi belakangan Deny Sumargo sama Marcel Sastra ke sini juga. Saya sih pengennya naik kemana-mana karna ada satu icon lucu, ada bukit yang di puncaknya ada pohon cuma satu, tapi karna saya bawa si mama jadi gak bisa ekstrem-ekstrem amet karena dia udah tergopoh-gopoh naik ke bukit.
Setelah puas naik ke bukit kita turun liat air terjun yang enggak banget, meski kalau dirawat itu sebenarnya bagus. Dasar orang Indonesia jorok. Di sini belum ada warung, toilet atau tempat salat padahal dimintain bayaran sekitar 15 ribu. kayaknya baru mau dikelola deh.