Saat ada undangan liputan ke Papua selama seminggu masuk ke email saya. Saya langsung mengangkat tangan dan menawarkan diri. Hm... kalau saya sudah keras kepala begini biasanya segala rupa saya lakukan buat membujuk si masnya supaya diizinkan.Â
Jika banyak orang memilih kenyamanan dalam berliputan, saya memang sedikit beda, karna lebih suka segala yang membawa saya ke petualangan baru. Walau nantinya tahu belakangan itu rawan marabahaya.Â
Selama masa menunggu itu juga setiap salat saya berdoa agar rencana itu segera terlaksana. Hingga akhirnya sang penyelenggara memanggil kami (para jurnalis) untuk berkumpul dan membagi posisi. Saya dapat penempatan di Nabire. Saya cuma berdua kala itu sama rekan yang ternyata satu grup dan satu lagi media interen perusahaan tsb.Â
Jadilah kami bertiga berangkat dengan sebelumnya rutin meminum obat antimalaria seminggu sebelumnya. Belum juga berangkat, tapi pikiran saya sudah berkelana kemana-mana bahkan sampai membayangkan tinggal di Honai, rumah khas Papua, bersama suku-suku pedalaman. Makanya persiapan ekstra banget saat itu karena saya juga adalah tipe pemilih makanan jadi banyak yg saya siapkan itu hingga segala jenis makanan kering yang akhirnya tidak termakan malah akhirnya saya hibahkan ke salah satu mahasiswa peserta ekspedisi.Â
Jadi liputan kali ini adalah liputan ekspedisi untuk menerangi papua yang tak terjamah. Ugh it is soooo meee... Kami pun pergi dengan penerbangan malam yang memang sangat tepat untuk tidur selama 5 jam ke depan. Tapi coba apa yang saya dapatkan! tak bisa tidur. Sebabnya si lucu... wkwkwk. Gara-gara kejebak orang pacaran!!!Â
Jadi saya kasih tahu sedikit, kami ini berangkat sama-sama mahasiswa dan beberapa utusan dr perusahaan tersebut  (dari berbagai daerah=yang ini saya baru tahu belakangan).Â
Nah, di pesawat garuda yang nyaman itu saya bersebelahan dengan almamater saya, ekspektasi : diskusi soal sospol sampai kondisi kampus terkini. Kenyataan: Baru ba bi bu... dia udah mojok ama ceweknya.Â
Hasilnya jadi nyamuk, nonton lalu denger musik lalu tidur, ga bisa tidur ternyata karena disebelah saya, mereka cekikikan sampe tengah malam. Transit makassar muka makin masam karena gak bisa tidur. Damn!Â
Kita Transit lalu perjalanan pun akhirnya sampai Nabire. Saat dari kota transit ke Nabire saya duduk lagi dengan si mahasiswa tukang pacaran itu. Saking bad moodnya saya bilang sama dia "Kok sama lu lagi? gak ada yang lain" wkwkkw dengan masang super jutek.Â
Sampai di Nabire, kita disambut dengan tarian khas papua senang rasanya plus lucu rasanya karna rekan saya liputan khas vlog jadi seru aja ngeliatin dia.Â
Setelah prosesi injak tanah selesai kami dibawa bertemu sekda yang memaparkan bagaimana kondisi daerahnya. sulit akses, itu yang terangkum dari segala paparannya. Ada satu lagi, kerawanan, jadi semua harus serba koordinasi sama bapak-bapak TNI.Â
Saya pikir setelah ini saya bisa tidur nyenyak di hotel tapi nyatanya kami harus briefing dulu di sana sembari pembagian lokasi liputan. Diketahui kita para jurnalis disebar di 3 titik Paniai, Siriwo, dan Kaimana. Â
Kaimana itu daerah pesisir yang saya ketahui punya sunset mewah sementara Paniai daerah daratan tinggi yang sering banget saya tulis karena penah penuh dengan konflik.Â
Saya dibujuk untuk mengambil Paniai karena mereka bilang tidak ada media mainstream yang pernah ke sana. Ini merupakan pancingan ampuh karena saya ini orangnya super penasaran jadilah saya terima tawaran itu.Â
Meski sebenarnya daerah ini adalah zona merah dibanding yang lain dan saya perempuan. Soal pergi ke Paniai juga, bapak-bapak TNI geleng-geleng kepala dan bilang "Orang tua kamu kok ngizinin ya kamu ke sini, apa gak sayang anak ya," Hmmm langsung speechless.Â
Briefing masih berlanjut hingga lewat siang hari, moodnya makin super buruk. Gegara gerombolan lelaki yang super berisik dan kelihatan pgn bgt on point, ternyata saya gak akan lepas dari gerombolan ini sampai pulang ke Jakarta (takdir itu aneh) wkwkwÂ
Setelah sampai hotel, saya akhirnya bisa tidur nyaman. Tapi sungguh ini adalah awal kebosanan dan kekhawatiran. Kenapa? dalam 2 hari ke depan kami cuma dengar briefing-briefing lagi. Ini parah bagi jurnalis, karena waktu terus berjalan sementara berita inti belum didapatkan. Saya stress! Mungkin PIC perusahaan tersebut sudah bosan saya tanyai terus kapan bisa berangkat ke Paniai. Alasannya sebenarnya soal keamanan karena dengar-dengar saat itu ada mobil brimob yang dibakar. Makin was-was tapi saya harus segera dapat berita bagaimana pun juga.Â
Oia saya lupa cerita, di liputan kali ini saya juga diserahi tanggung jawab untuk jadi videografer untuk pertama kali. Saya pun jadi kameramen dadakan hanya lewat kamera mirorless.Â
Ini pengalaman pertama yang super seru dan ternyata saya menyukainya meski hasilnya masih ala kadarnya tapi saya puas! Nah, saya pun mulai mikir untuk cari stok video dan juga itvw dengan para mahasiswa maka dengan implusifnya saya minta ke atasan kantor itu untuk mengantar saya ke pantai Nabire dengan naik mobil sejenis pikup.Â
Sampai di pantai, hati saya miris karena botol minuman keras terhampar dimana-mana berikut sampah. Mungkin malam tadi banyak orang mabuk di sini. Berlatar laut Papua saya merekam para mahasiswa ini satu demi satu meski walanya mereka sungkan dan malu tapi quote yang bagus berhasil saya dapatkan dan lumayan kan buat stok berita.Â
Saya pun dekat dengan beberapa mahasiswa di antaranya yang menurut saya enak diajak diskusi. Ini baru mahasiswa, bukan yang cuma mau gegayaan. Memang kentara sih gaya mahasiswa asal PTN tertentu dengan yang lainnya, hmm. Ada yang terliat sombong dengan aksi anak gunungnya, ada yang masih terlihat ndeso tapi punya ide dan pemikiran keren.Â
Ada yang urakan, ada yang belagu, ada yang genit-genit, yah macem-macem lah. Makanya saya mulai hati-hati lah memilih orang yang diajak omong karena gak mau kebawa ekspektasi lalu hasilnya malah bikin gondog.Â
Akhirnya tibalah waktunya setelah menunggu 2 hari dengan galau ria, akhirnya saya berangkat setelah terlebih dahulu ditinggal teman yang sudah keburu jalan ke Kaimana.Â
Sebelum jalan saya muntah-muntah, efek dari obat malaria yang saya makan, apalagi saat itu saya cuma makan sedikit. Gimana nih, mana perjalanan bisa seharian. Sempat khawatir tapi saya berhasil melalui perjalanan dengan sehat wal afiat alhamdulillah ya. Malah kerjaannya molor mulu di mobil wkwkw. Tunggu cerita selanjutnya ya guys...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H